Thursday, February 11, 2021

Perjuangan Belum Membuahkan Hasil

 

Ketika bertemu dengan para pengurus yang tergabung dalam tim perijinan gereja Katolik, bisa kita lihat dinamika yang terjadi dalam internal gereja. Ada banyak problem yang harus dihadapi oleh tim perijinan. Beberapa hari yang lalu, saya dan penyelenggara Katolik-Kemenag Kabupaten Tangerang mengunjungi lokasi yang hendak didirikan bangunan gereja Katolik yang letaknya di Cikasungka –kecamatan Solear – Kabupaten Tangerang. Mendengar penuturan dari Bapak Vinsen, ketua tim perijinan, membersitkan sebuah perjuangan yang panjang. Perjuangan mereka tidak hanya sebatas urusan administrasi sebagai pemenuhan tuntutan  SKB 2 menteri. Tim perijinan harus melalui membangun pendekatan pada “akar rumput” untuk mendapatkan dukungan terhadap pendirian gedung gereja.

Perjuangan tim perijinan memberikan banyak pembelajaran. Mereka belajar untuk bersabar, mereka belajar untuk membangun komunikasi dan belajar untuk bertahan ketika dihujat. Proses belajar ini merupakan “sekolah kehidupan” yang memberikan kematangan dan kedewasaan. Dihambat ketika proses itu dimulai, tidak menyurutkan semangat mereka dan tidak membuat mereka marah tetapi diyakini bahwa Tuhan belum memberikan waktu yang tepat untuk mendapat ijin membangun.

Tetapi dengan keterhambatan dalam proses untuk mendapatkan ijin membangun ini, memberikan nilai lain, yakni kehidupan umat Katolik semakin guyub. Ketika mendapat tekanan dan penolakan dari kelompok-kelompok lain yang tidak setuju didirikan gedung gereja, pada saat yang sama, mereka membawa persoalan itu dalam terang kebersamaan umat. Hambatan yang sedang mereka alami bukanlah sebuah tantangan yang mesti dihindari tetapi justeru dengan persoalan itu, mereka tetap solid dan melihat semuanya dalam terang ilahi. “Penderitaan Kristus, jauh lebih berat ketimbang tantangan yang sedang dialami ini.” Kata-kata ini menjadi penghibur dikala persoalan dan pergumulan hidup keagamaan menawarkan tantangan. Kristus menjadi tokoh sentral iman kita dan menjadi cermin bagi kita ketika segala persoalan itu dihadapi. Penderitaan-Nya menjadi role model dan sekaligus menjadi spirit yang memberikan energy untuk berjuang membangun rumah-Nya.

Dalam proses perjuangan itu perlu disadari bahwa Gereja kita adalah Gereja Martir. Artinya bahwa kehadiran Gereja menjadi pembawa kabar gembira selalu membawa konsekuensi, yakni mendapatkan tantangan-tantangan bahkan tantangan itu mengancam nyawa sekalipun. Pendekatan yang dibangun terhadap sesama berlandaskan kasih, tidak semuanya ditanggapi dengan kebaikan tetapi justeru yang didapatkan adalah hujatan. Memang berat untuk membumikan kasih dan kebaikan di dunia sekitar kita. Kita perlu ingat bahwa Yesus Sang Guru selalu menyebarkan pesan kebaikan cinta kasih dan memperlihatkannya melalui tindakan nyata yang berpihak pada mereka yang tersingkirkan, justeru Ia sendiri mendapatkan ancaman pada mereka yang tidak suka dengan ajaran dan tindakan-Nya yang penuh kasih itu.

Pengalaman umat yang dengan susah payah berjuang membangun gedung gereja, mengingatkan kita akan pengalaman Getzemani dan narasi puncaknya pada peristiwa Golgota. Pada titik kelam kehidupan yang dialami oleh Yesus ini, memberikan kisah inspiratif yang menggugah kesadaran kita sebagai pengikut-Nya. Masih ingatkah kita ketika membaca peristiwa Getzemani di mana Yesus hendak ditangkap dan Petrus yang membela gurunya menghunuskan pedang dan menyebabkan putusnya telinga Maltus? Yesus mengambil telinga yang terpotong itu untuk merekatkan kembali pada si pemilik telingan itu. Pesan penting bagi kita adalah bahwa Yesus selalu memancarkan kebaikan kepada siapa saja, termasuk musuh.

Menghadirkan kasih dan kebaikan di tengah masyarakat harus  membutuhkan proses panjang. Upaya mendirikan gedung gereja tidak semata-mata untuk membangun menara gading tetapi yang jauh lebih penting adalah kehadiran Gereja membawa suka cita bagi mereka yang belum mengenal Kristus dan ajaran-Nya. Kehadiran Gereja bisa merangkul semua orang, entah sahabat atau musuh. Dalam rangkulan kasih itu, mereka akan menemukan cinta kasih yang sedang tumbuh dalam diri anggota Gereja. ***(Valery Kopong)

0 komentar: