Ilustrasi foto diambil dari Merdeka |
Yesus mengadakan banyak mukjizat, salah satunya
adalah membangkitkan anak muda di Nain. Mukjizat yang diperlihatkan oleh Yesus adalah
cara sederhana untuk mengingatkan manusia akan datangnya kerajaan Allah . Kerajaan Allah yang ditawarkan oleh Yesus
bukanlah kerajaan yang akan terjadi tetapi sedang terlibat dan dirasakan oleh
manusia sendiri. Peristiwa Yesus membangkitkan anak muda di Nain merupakan
tanda yang menghadirkan Allah dan kasihnya di tengah dunia.
Harapan
yang sirna menghilang dalam diri seorang janda, secara dramatis digambarkan
oleh Penginjil Lukas sebagai peristiwa tapal batas. Pengalaman si janda
menjadi satu daya tarik bagi Yesus untuk memulai gerakan baru, sebuah gerakan
yang berpihak pada dia (janda) untuk mengembalikan pengalaman kehilangan orang
yang dikasihi. Janda itu masih menyebut Yesus sebagai TUHAN, mau memperlihatkan
Yesus sebagai pemilik kehidupan. Yesus diproklamirkan sebagai pemilik kehidupan
berarti DIA berpeluang menggenggam kembali nyawa anak muda yang hilang sesaat. Sebagai
pemilik kehidupan, setiap detakan jantung menawarkan rasa untuk berbela rasa dan
bermuara pada keselamatan.
Pengalaman
tidak mempunyai segala-galanya, membangkitkan rasa peduli dalam diri Yesus dan
mendorongnya untuk bertindak atas nama keselamatan. Yesus tidak tega melihat
orang-orang yang hidupnya terpuruk namun masih menyimpan “sisa iman” dan
mengakui Yesus sebagai pemilik kehidupan. Yesus, dalam melakukan tindakan
kreatif membangkitkan anak muda di Nain terkesan selektif dan jeli melihat
redup kerinduan iman seorang janda. Ia kehilangan dan tidak memiliki apa-apa lagi,
namun sisa iman yang masih mengendap dalam dirinya menjadi pintu masuk bagi
Yesus untuk membangkitkan anaknya. Janda itu tersenyum ketika melihat anaknya
bangun kembali untuk ada bersamanya. Yesus, sang pemilik kehidupan,
mengembalikan nyawa anak muda di Nain, tidak lain adalah tindakan profetis yang
tidak hanya menguatkan iman si janda
tetapi juga meyakinkan orang-orang sekitar bahwa kerajaan Allah, kerajaan yang berpihak
pada orang-orang lemah sedang hidup di tengah masyarakat. Dalam hidup ini, kita
pun perlu untuk “menjandakan diri,” merasakan pengalaman ketakberdayaan agar
dengannya kita sanggup melihat Yesus sebagai sang pemilik kehidupan, sang
pembaharu zaman.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment