Tuesday, April 26, 2016

KESABARAN MEMBAWA KEBERHASILAN

Tanggal 17 Agustus semakin dekat. Hari yang sungguh ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia. Banyak orang yang berlomba-lomba untuk memeriahkan hari 17 Agustus. Sama  dengan  masyarakat  Desa  Balingga. Masyarakat Desa Balingga sangat menginginkan untuk ikut memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia tersebut namun sayang desa terpencil yang jarang dikenal orang itu memiliki perekonomian  yang buruk. Maka tak heran bila masyarakat di sana tak bisa ikut merayakan hari besar Indonesia tersebut. Dulunya desa tersebut mimiliki banyak sumber daya alam yang dapat membantu perekonomian di sana. Namun sayang, banyak masyarakat kota yang datang dan merusak sumber daya alam di sana.
            Sama juga dengan anak-anak di SMP Bangkit Jaya. Anak-anak di sana sudah berusaha untuk mengumpulkan uang agar dapat membuat masyarakat Desa Balingga merasakan kemeriahan HUT kemerdekaan Indonesia tersebut. Namun sayang, uang yang mereka kumpulkan selalu habis untuk biaya pembenahan sekolah mereka. Ya, memang sekolah mereka sudah berdiri sejak lama, sehingga tak heran bila banyak dinding-dinding yang rusak dan atap mereka juga sering kali bocor, sehingga anak-anak di sana sering libur ketika musim hujan.
           
Fauzan, anak berusia 13 tahun itu sudah banyak membantu sekolah SMP Bangkit Jaya untuk mengumpulkan biaya yang dibutuhkan bagi sekolah. Ia sering jalan kaki untuk pergi ke kota yang jaraknya 6 km dari desanya  untuk menjual hasil karya warga Desa Balingga yang dapat membantu sedikit perekonomian mereka. Fauzan sendiri sudah lama membantu perekonomian di Desa Balingga. Sejak umur 5 tahun ia sudah membantu ibunya untuk pergi ke kota dan menjual hasil karya tangan masyarakat di sana.
            Fauzan sangat menginginkan bisa memeriahkan acara 17 Agustus tahun ini, namun masih banyak keperluan yang dibutuhkan oleh desanya. Fauzan tidak bisa berharap banyak. Ia tahu bahwa perekonomian desa mereka tidak terlalu baik. Fauzan memiliki 2 orang teman baik yang sering membantunya. Mereka adalah Nita dan Bagas. Mereka sering membantu Fauzan untuk menjual barang-barangnya ke kota.
            Hasil penjualan mereka tidak terlalu bagus, mereka sering dicaci maki oleh para pembeli karena barang mereka tidak berkualitas. Namun mereka tidak mementingkannya, mereka hanya menganggap bahwa hal tersebut merupakan suka-duka para pedagang. Bahkan kadang kala barang-barang mereka tidak terbeli satupun. Kepala desa di sana sungguh bangga pada kebaikan hati mereka. Mereka bersedia untuk membantu para warga dan tidak pernah mengharapkan imbalan.
            Suatu hari ketika mereka datang ke kota, tiba-tiba ada segerombolan motor yang datang menghampiri mereka. Fauzan menyambut segerombolan motor tersebut sambil tersenyum dan berharap mereka mau membeli barang-barang yang dijualnya. Namun tak disangka mereka malah mencaci maki Fauzan dan teman-temannya sambil menghancurkan barang dagangan mereka. Mereka mengatakan bahwa barang tersebut tidak berharga dan tidak bermutu, bahkan mereka katakan bahwa Fauzan dan teman-temannya hanyalah segerombolan tikus yang hanya mengusik warga kota.
            Fauzan sangat sakit hati. Ia tak bisa berkata-kata. Ia hanya mengelus dada untuk meredakan amarah mereka. Karena mereka tahu bahwa marah tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Mereka sungguh terkejut dengan perilaku warga kota. Padahal menurut mereka warga kota lebih berpendidikan tetapi sama sekali tidak punya etika. Mereka sangat kaget, warga kota yang dikira ramah ternyata sangat berbeda dari bayangan mereka. Fauzan dan teman-temannya sangat kaget sekaligus sedih. Namun semua sudah terjadi dan tidak ada yang dapat mengubahnya.
            Ketika mereka kembali ke rumah, di perjalanan mereka menemukan salah seorang remaja yang tadi mengejek mereka sedang tergeletak pingsan di jalan. “Sepertinya ia sudah dirampok!” kata Fauzan. Sebenarnya mereka masih sakit hati atas perlakuan yang diterima mereka saat mereka ke kota. Namun mereka tidak mempedulikan ego mereka dan segera membawanya ke Desa Balingga. Wajahnya berlumuran darah dan bajunya sudah sobek. Remaja tersebut benar-benar dalam keadaan bahaya.
            Sesampainya di sana, warga Desa Balingga mendadak heboh. Banyak warga yang tidak terima ada warga kota yang ada di desa mereka. Mereka takut, desa mereka akan dirusak oleh orang-orang kota yang tidak bertanggung jawab. Ada juga yang menerimanya karena remaja tersebut dalam keadaan kritis. Remaja tersebut segera dibawa ke rumah kepada desa untuk mendapatkan pengobatan. Mereka juga membuat obat herbal untuk menolong remaja tersebut. Untungya remaja tersebut cepat bangun dari pingsannya dan berkata pada Fauzan yang kebetulan duduk di sampingnya. “Bukannya kamu yang tadi kami ejek?” katanya. “Sudah, lupakan saja hal itu, sekarang yang terpenting kamu sudah bangun  dan bisa istirahat yang cukup agar besok kamu dapat menelpon keluargamu untuk menjemputmu pulang, “jawab Fauzan.
            Remaja yang tertolong tersebut hanya bisa tersenyum sambil menangis. Ia tak menyangka bahwa orang yang telah diejeknya tersebut sangatlah baik. Ia sangat merasa bersalah dan malu terhadap diri sendiri. Ia tak bisa berkata-kata dan masih kaget akan hal yang terjadi pada dirinya. Keesokannya, keluarga remaja tersebut datang ke desa. Keluarganya sangat berterima kasih kepada seluruh warga Desa Balingga terutama untuk Fauzan, Nita dan Bagas yang sudah rela menolong remaja tersebut. Kebetulan remaja tersebut berasal dari keluarga berada. Mereka memberikan imbalan pada Fauzan dan teman-temannya sebagai tanda terima kasih. “Ini ada sedikit uang dari kami sebagai tanda terima kasih.  Semoga  uang ini dapat diterima, kami akan sedih jika kalian menolaknya, “kata ayah dari remaja itu.

            Fauzan, Nita dan Bagas sudah berusaha menolaknya namun keluarga remaja tersebut tetap berharap agar uang itu diterima. Mereka kemudian memberikan uang tersebut kepada kepala desa sebagai biaya untuk membantu perkebunan mereka. Namun kepala desa menolaknya dan mengatakan bahwa uang tersebut dapat digunakan untuk biaya acara 17 Agustus yang akan diadakan 4 hari lagi. Mereka sangat kaget sekaligus sangat senang. Karena tahun ini mereka dapat mewujudkan impian mereka untuk ikut memeriahkan acara 17 Agustus ini. Mereka mempersiapkan segalanya dengan sangat baik, hingga hari yang dinanti-nantikan telah tiba. Acara 17 Agustus berjalan dengan lancar dan sangat meriah. Seluruh warga Desa Balingga pun ikut memeriahkan.***(Cicil, SMP Maria Mediatrix)     

No comments: