Thursday, April 5, 2018

AKU TETAP INGIN MENARI


Oleh: Theresia Yuni

            Alunan musik Bali yang membangkitkan semangat mengalun merdu. Terlihat lenggak-lenggok empat anak berlatih menari tari Belibis. Pelatih memberikan contoh sambil meneriakkan aba-aba yang harus diikuti para penari pemula.
            “Adik-adik ingat ya, tari belibis ini menggambarkan kehidupan sekelompok burung belibis yang dengan riangnya menikmati keindahan alam. Jadi, menarinya harus dengan riang, dan lincah. Mukanya jangan muram dan semua gerakan harus menunjukkan kesungguhan.” Kata Tante Astrit, sang pelatih.
            “Sekarang kita mulai lagi. Siap ya! yak mulai.” Teriakan Tante Astrit terdengar jelas. Semua penari mencoba mengikuti gerakannya, termasuk Ella yang gerakannya terlihat terseret-seret karena belum begitu hafal.
            Tiga bulan sudah ia belajar menari di sanggar Tante Astrit. Ketertarikan awal Ella menari yaitu ketika ia melihat pementasan tari Cenderawasih dan tari Belibis, di  acara kantor Bapaknya. Ia jadi ingin tampil seperti mereka yang lincah dan menarik hati  dengan iringan musik Bali.Tapi kenyataannya, menari Bali bagi Ella tidaklah mudah. Hari ini cukup membuat semangatnya hilang ia tidak terpilih sebagai wakil sanggar dalam lomba menari antar sanggar.
           
“Kenapa lesu La? Capek? Atau ada sesuatu?” Tanya mamanya ketika melihat Ella pulang menari tidak langsung cerita tentang latihannya, tapi diam dan termenung. 
“Ma, aku kesal sama tante Astrit” kata Ella dengan hampir menangis.
”Memang kenapa La? “  
“Enggak, nggak apa-apa. Tapi aku mau berhenti belajar menari aja ma!”Ella langsung meninggalkan mamanya tanpa mau bicara lebih lanjut.
            Sore itu Ella tidak mau bermain dengan teman-temannya. Panggilan teman-temannya untuk melepas sore sejenak tidak ditanggapi. Ia tetap mengurung diri di kamar, sampai ketika Mamanya sudah   selesai menyiapkan makan malam ia tetap tidak mau keluar dari kamar.
            “La, ayo makan dulu nanti keburu dingin!” panggil Mamanya
            Dengan lesu Ella keluar dari kamar, ia kasihan juga sama mamanya karena sudah tiga bulan ini papa dapat tugas belajar di Australia. Jadi satu-satunya yang menemani mamanya ya hanya dia.
            “Hari ini giliran Ella yang doa makan ya” kata Mama pada  anak semata wayangnya.
Ella menggangguk tanda setuju. Ia mulai membuat tanda salib dan berdoa
“….Yesus yang baik hati, trimakasih atas hidangan malam hari ini. Ella berdoa pula untuk Papa yang jauh di sana semoga papa juga dapat menikmati santap malamnya….”
Doa Ella merdu lirih terdengar  memecah kesunyian di meja makan.
            “Ayo makan yang banyak La, mama udah masak sayur kesukaanmu tuh” kata mamanya sambil menyorongkan sub iga yang menggugah selera makan.
 “Nggak nafsu Ma” kata Ella lesu.
“Tumben, kenapa La? Masih ada hubungannya dengan Tante Astrit? Atau anak mama sakit?” Tanya mama terlihat khawatir.
“Coba Ella ceritakan ke mama, siapa tahu mama bisa bantu.” Kata mama dengan mata yang tulus.
“Ma, aku mau diet ah. Kata Tante Astrit , gerakanku terlalu lamban dan kurang kompak dengan gerakan teman-teman, jadi Ella nggak terpilih untuk ikut lomba menari antar sangggar. Padahal Ma, Ella tuh pingin banget bisa nari seperti yang kita tonton di kantor  Papa itu Ma.” Kata Ella dengan muka sedih.
“La, kamu nggak boleh diet-diet begitu. Ella itu masih dalam masa pertumbuhan, mau jadi kuntet alis cebol kaya Ucok Baba? “
Ella hanya menggelengkan kepalanya dan tidak menjawab sepatah katapun.
“Menurut mama kamu nggak gendut La.  Hanya saja, untuk menari kamu harus belajar lebih giat lagi. Nah, belajarnya tidak hanya disanggar saja, tapi juga harus diulang dirumah.” Kata Mama dengan sabar.
“Ella merasa enggak kalau selama ini enggak pernah mencoba berlatih dirumah? CD untuk tarian itu kan sudah di kasih sama tante Astrit, kamu bisa melihat ulang dan mencobanya di rumah. Mama percaya, pasti kamu tidak akan lamban dan akan bisa mengikuti gerakan kompak dengan yang lain.” Kata Mama sambil menuang sub iga ke piring Ella.
“Ayo, coba sub iganya”
Ella terdiam, tangannya mulai terlihat mengambil sendok makan dan menyuapkan sesendok sub kesukaanya ke mulut mungilnya.
“Nambah La?”
“ Makasih Ma, cukup.”
“Ma” kata Ella tak berlanjut
“Iya, ada apa?”
“Em, mungkin kata Mama benar ya selama ini Ella enggak pernah mengulang tarian yang diajarkan Tante Astrit di rumah. Selama ini Ella hanya mengandalkan latihan di sanggar. “ Katanya pelan.
‘Menurut Mama begitu, jadi kalau Ella mau menari yang bagus ya harus mau berlatih di rumah juga.” Kata Mama menyemangati.
Ella tersenyum lega, dimatanya terlihat binar harapan kelak ia akan bisa menari berlenggak-lenggok di panggung seperti impianya.  

           

No comments: