Thursday, March 3, 2016

PERSAHABATAN PANGERAN DAN PENGEMBALA

Pada suatu hari, di sebuah kerajaan  yang damai, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Satrio Wijoyo Kusumo. Ia adalah anak dari seorang raja yang bernama Purnomo  Wijoyo dan isterinya bernama Ratih. Mereka tinggal di sebuah kerajaan bernama Widarma. Suasana di sana sangat indah, sejuk dan damai.  Semua penduduknya sangatlah ramah dan baik. Mereka sangat menyukai rajanya tersebut karena  ia adalah seorang pemimpin yang baik, jujur dan adil. Sebagian besar penduduk di sini bermata pencaharian sebagai buruh kebun teh. Perkebunan di sini sangatlah subur, tumbuh-tumbuhan yang ada di sini disiram dan diberi pupuk secara teratur.
                Sepuluh tahun berlalu, Satrio berkembang pesat. Pada saat ini ia sangat mahir memanah, setiap hari Satrio melatih kemampuannya dalam hal memanah.  Ia    mempunyai dua ekor kuda dan tiga ekor kerbau dan pada saat itu ia sedang membutuhkan seorang pengembala untuk merawat binatang peliharaannya itu. Hingga pada suatu ketika datanglah seorang anak laki-laki yang ingin menjadi pengembala di situ, umurnya sama dengan Satrio. Kata Satrio kepadanya: “siapakah kamu?” Mau apa kamu ke sini?” Jawab anak itu: “Perkenalkan Pangeran, nama saya Galang Tirta Purnama,” panggil saja Galang. Saya ke sini ingin mengembalakan hewan peliharaan Pangeran Satrio Wijoyo. Mulai sekarang, kamu boleh bekerja di sini. Jawab Galang: “baik, terima kasih Pangeran.”
                Mereka berdua sering menggembalakan dan memberi makan hewan-hewan bersama. Terkadang Pangeran Satrio sering menyempatkan diri untuk bermain bersama Galang. Sejak saat itu persahabatan mereka mulai terjalin hingga pada suatu saat mereka sedang memberi makan kerbau. Kata Satrio kepada Galang: “Lang, mulai sekarang kamu tidak usah panggil aku pangeran. Panggil saja Satrio. Jawab Galang: “baik  pangeran, ehh…maksud saya Satrio.” Sejak saat itu mereka berdua saling bermain bersama, belajar bersama, memberi makan kuda dan kerbau bersama dan berbagi pengalaman bersama. 
                Pada suatu ketika waktu Satrio dan Galang selesai memberi makan kuda. Satrio berkata: “Lang, bagaimana kalau kita sekarang lomba memanah?” Jawab Galang: “Ayo! Siapa takut?” Akhirnya mereka berdua berlomba memanah.  Mereka  harus memanah tepat sesuai sasaran, setelah selesai memanah mereka lalu menghitung mana yang paling banyak mengenai sasaran. Akhirnya mereka berdua  menghitungnya dan hasilnya adalah Satrio sebagai pemenang. Kata Satrio: “Horeee……aku menang!” Jawab Galang: “Baiklah, kamu yang menang  tetapi lain kali pasti aku yang menang!” Mereka berdua pun akhirnya melanjutkan permainan. Hari mulai menjelang malam, mereka berdua mau  pulang, kata Galang kepadanya: sampai ketemu besok, Satrio!” Jawab Satrio: “Sampai ketemu juga!” Akhirnya mereka berdua pulang dan beristirahat.
               
Pagi telah tiba, Gilang sudah sampai di kandang kuda dan kerbau. Ia akan memandikan kerbau di sungai dengan Satrio, tapi sebelumnya ia harus menunggu Satrio pulang  dari sekolah. Galang tidak sekolah karena ia  harus membantu orang tuanya  bekerja. Ia merasa sedih karena ia tidak  dapat sekolah, ia duduk dan berdoa dalam hati sambil bercucuran air mata. “Ya Tuhan, bantulah keluargaku agar mampu mencukupi kebutuhan hidup sehingga aku dapat sekolah.” Ternyata, pada saat Galang berdoa, Satrio melihat sahabatnya itu sedang sedih lalu Satrio mengunjunginya  sambil berkata (Galang mengusap air matanya). “Kenapa kamu bersedih?” Jawab Gilang: “Aku sedih karena aku tidak dapat menuntut ilmu di sekolah.” Kata Satrio, baiklah, aku akan coba membantumu!”
                Satrio tidak mau sahabatnya itu sedih lalu ia pergi menuju ayahnya lalu ia berkata: “Ayahanda barusan saya melihat Galang bersedih, saya tidak ingin melihat ia sedih ayahanda!” Lalu ayahnya berkata: “kenapa sahabatmu itu bersedih?” Jawab Satrio: “Ia ingin sekolah ayahanda! Aku ingin ayahanda dapat membantunya!” Jawab ayahnya: “Baiklah nak, ayah akan mengabulkan permintaanmu!” Jawab Satrio: “Terima kasih ayahanda!” Satrio pun pergi mengunjungi  sahabatnya itu lalu ia berkata: “Tenang saja Galang  ayahku sudah mengurusnya!” Jawab Galang: “Hahh…benarkah?   Terima kasih  banyak Satrio. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk berterima kasih!” Lalu Satrio pun memeluk sahabatnya itu. Keesokan harinya mereka berdua berangkat  sekolah bersama Galang. Di sana mereka mendapatkan ilmu  yang sangat berguna. “Seorang sahabat sejati tidak akan membiarkan sahabatnya sendiri bersedih.” ***(KISS MM)

                  

No comments: