Pada suatu hari, di sebuah
kerajaan yang damai, lahirlah seorang
anak laki-laki bernama Satrio Wijoyo Kusumo. Ia adalah anak dari seorang raja
yang bernama Purnomo Wijoyo dan isterinya
bernama Ratih. Mereka tinggal di sebuah kerajaan bernama Widarma. Suasana di
sana sangat indah, sejuk dan damai. Semua
penduduknya sangatlah ramah dan baik. Mereka sangat menyukai rajanya tersebut
karena ia adalah seorang pemimpin yang
baik, jujur dan adil. Sebagian besar penduduk di sini bermata pencaharian
sebagai buruh kebun teh. Perkebunan di sini sangatlah subur, tumbuh-tumbuhan
yang ada di sini disiram dan diberi pupuk secara teratur.
Sepuluh
tahun berlalu, Satrio berkembang pesat. Pada saat ini ia sangat mahir memanah,
setiap hari Satrio melatih kemampuannya dalam hal memanah. Ia mempunyai dua ekor kuda dan tiga ekor kerbau
dan pada saat itu ia sedang membutuhkan seorang pengembala untuk merawat
binatang peliharaannya itu. Hingga pada suatu ketika datanglah seorang anak laki-laki
yang ingin menjadi pengembala di situ, umurnya sama dengan Satrio. Kata Satrio
kepadanya: “siapakah kamu?” Mau apa kamu ke sini?” Jawab anak itu: “Perkenalkan
Pangeran, nama saya Galang Tirta Purnama,” panggil saja Galang. Saya ke sini
ingin mengembalakan hewan peliharaan Pangeran Satrio Wijoyo. Mulai sekarang,
kamu boleh bekerja di sini. Jawab Galang: “baik, terima kasih Pangeran.”
Mereka
berdua sering menggembalakan dan memberi makan hewan-hewan bersama. Terkadang
Pangeran Satrio sering menyempatkan diri untuk bermain bersama Galang. Sejak
saat itu persahabatan mereka mulai terjalin hingga pada suatu saat mereka
sedang memberi makan kerbau. Kata Satrio kepada Galang: “Lang, mulai sekarang
kamu tidak usah panggil aku pangeran. Panggil saja Satrio. Jawab Galang:
“baik pangeran, ehh…maksud saya Satrio.”
Sejak saat itu mereka berdua saling bermain bersama, belajar bersama, memberi
makan kuda dan kerbau bersama dan berbagi pengalaman bersama.
Pada suatu ketika waktu Satrio
dan Galang selesai memberi makan kuda. Satrio berkata: “Lang, bagaimana kalau
kita sekarang lomba memanah?” Jawab Galang: “Ayo! Siapa takut?” Akhirnya mereka
berdua berlomba memanah. Mereka harus memanah tepat sesuai sasaran, setelah
selesai memanah mereka lalu menghitung mana yang paling banyak mengenai sasaran.
Akhirnya mereka berdua menghitungnya dan
hasilnya adalah Satrio sebagai pemenang. Kata Satrio: “Horeee……aku menang!”
Jawab Galang: “Baiklah, kamu yang menang
tetapi lain kali pasti aku yang menang!” Mereka berdua pun akhirnya
melanjutkan permainan. Hari mulai menjelang malam, mereka berdua mau pulang, kata Galang kepadanya: sampai ketemu
besok, Satrio!” Jawab Satrio: “Sampai ketemu juga!” Akhirnya mereka berdua
pulang dan beristirahat.
Satrio
tidak mau sahabatnya itu sedih lalu ia pergi menuju ayahnya lalu ia berkata:
“Ayahanda barusan saya melihat Galang bersedih, saya tidak ingin melihat ia
sedih ayahanda!” Lalu ayahnya berkata: “kenapa sahabatmu itu bersedih?” Jawab
Satrio: “Ia ingin sekolah ayahanda! Aku ingin ayahanda dapat membantunya!”
Jawab ayahnya: “Baiklah nak, ayah akan mengabulkan permintaanmu!” Jawab Satrio:
“Terima kasih ayahanda!” Satrio pun pergi mengunjungi sahabatnya itu lalu ia berkata: “Tenang saja
Galang ayahku sudah mengurusnya!” Jawab
Galang: “Hahh…benarkah? Terima kasih banyak Satrio. Aku tidak tahu bagaimana
caranya untuk berterima kasih!” Lalu Satrio pun memeluk sahabatnya itu.
Keesokan harinya mereka berdua berangkat
sekolah bersama Galang. Di sana mereka mendapatkan ilmu yang sangat berguna. “Seorang sahabat sejati
tidak akan membiarkan sahabatnya sendiri bersedih.” ***(KISS MM)
0 komentar:
Post a Comment