(Sumber inspirasi Yohanes, 2:1-11)
Setiap kali Yesus mengucapkan kata-kata, tersembul sebuah kekuatan
yang luar biasa. Kata-kata yang diucapkan memiliki daya atau energi tersendiri.
Apa yang dikatakan-Nya ketika Maria memintanya, Ia tidak menerima tawaran itu
secara langsung. Ia harus mengelola tawaran itu dalam terang tuntunan Allah.
Karena itu apa yang dikatakan-Nya, walaupun keluar dari mulut-Nya sendiri
tetapi Allah yang sedang berbicara di dalam-Nya.
Tentang “saat” seperti yang tertulis
dalam Injil Yohanes memang perlu dipahami secara mendalam terutama dalam
dimensi waktu yang selalu mengitari kehidupan Yesus. Yesus selalu menyebut waktu ketika
perutusan-Nya sebagai “saat”-Nya. Dalam peristiwa perkawinan di Kana, kata
“saat” ini muncul lagi sebagai pemenuhan
tawaran dari ibu-Nya untuk menyelamatkan tuan pesta yang kehabisan anggur.
Jawaban Yesus terhadap permintaan yang diberikan oleh ibu-Nya kedengaran aneh.
Tetapi apakah ini merupakan jalan dan saat yang tepat bagi-Nya untuk memperkenalkan
diri-Nya di hadapan publik?
Mencermati apa yang dikatakan
Yesus dalam teologi Yohanes memanglah sulit dan seperti mengawang. Untuk memahami pernyataan Yesus, “Saat-Ku
belum tiba,” kita akan menangkap pola pemikiran dasarnya. Dengan menjawab demikian,
sepertinya Yesus sedang membentengi diri dan mengantisipasi suatu “saat” ketika
sesuatu yang lebih penting yang akan terjadi. Tetapi saat itu sekarang, belum
tiba.
Menyimak apa yang dikatakan
Yesus terutama “saat” yang menjadi titik sentral lebih berpihak pada tiga
dimensi waktu yang harus dilalui oleh Yesus yaitu saat sengsara, kematian dan
kebangkitan-Nya. Apa yang dikatakan
Yesus tentang “saat” yang akan melengkapi tiga dimensi waktu yang didalamnya
termuat peristiwa tragis dan kemuliaan.
Hanya dengan mengatakan, “mereka
kehabisan anggur,” sebetulnya, Maria sendiri mendesak supaya saat berahmat
untuk melakukan sebuah tanda mesti terlaksana. Yesus akhirnya tahu kalau
saat-nya sudah tiba, Ia akan menyediakan anggur-anggur yang paling baik. Namun
perlu disadari bahwa “saat”-Nya sudah tiba tetapi “saat definitif” belumlah
tiba. “Saat” di Kana merupakan titik awal pengenalan Yesus ke hadapan publik
walau mukjizat yang dilakukan hanyalah tuan pesta yang tahu. Kita semua pun
diundang menjadi tuan pesta agar tahu memahami arti mukjizat itu.*** (Valery
Kopong)
0 komentar:
Post a Comment