Program literasi yang berlaku pada masing-masing sekolah
memiliki dampak yang cukup baik, terutama memacu minat baca para siswa / siswi.
Kegiatan literasi ini berlangsung 15 menit sebelum proses belajar dan mengajar
dimulai. Ada beberapa sekolah mewajibkan siswa / siswi untuk membaca buku
biografi yang mengisahkan tentang kehidupan tokoh-tokoh yang populer. Membaca
buku-buku biografi sangat membantu para siswa / siswi untuk mengenal karakter
dan lebih dari itu keberhasilan yang diraih dari tokoh yang dikisahkan dalam
buku yang dibaca itu. Cara ini terbilang sederhana tetapi sangat membantu para
pembaca yang umumnya masih muda, yang masih mencari figur-figur tertentu
dicontohkan. Apakah literasi hanya
berhenti pada aktivitas membaca dan mengenal tokoh-tokoh tertentu yang
dikisahkan dalam buku itu ataukah kegiatan literasi membawa dampak yang lebih
luas terhadap cara berpikir dan mendukung proses penulisan, entah karya ilmiah
atau karya jurnalistik populer?
Tuesday, August 8, 2017
Monday, July 31, 2017
Jalan Politik Sunyi Jokowi
Pertemuan antara SBY dan Prabowo disinyalir oleh banyak pihak
sebagai pertemuan yang menggadang kepentingan politik. Betapa tidak, dua
petinggi dari partai Gerindra dan Demokrat sedang membangun strategi untuk
mematahkan Jokowi pada Pilpres 2019 nanti. Memang, hajatan politik itu masih
jauh tetapi animo politik partai oposisi
Gerindra sepertinya ingin memunculkan trik dan mencari figur yang tepat untuk
menantang Jokowi pada Pilpres nanti.
Pada
pertemuan mereka dengan disuguhi nasi goreng itu, Prabowo sempat
memperbincangkan mengenai “ambang batas” pada Pilpres nanti. DRP telah
menyetujui ambang batas 20% kursi di parlemen jika partai mencalonkan seorang
calon presiden. Memang berat untuk mencapai target itu tetapi di sini membuka
ruang koalisi partai agar bisa memenuhi target seperti yang disyaratkan dalam
undang-undang pemilu. Dengan koalisi seperti ini juga memberikan kesempatan
kepada partai untuk mencari figur terbaik yang bakal diusung dalam proses
pemilihan presiden nanti.
Menurut Prabowo
bahwa ambang batas 20% itu hanyalah lelucon politik. Atas komentar Prabowo ini,
Jokowi juga menanggapi secara santai. Kalau ambang batas yang ditetapkan 20 %
itu dianggap lelucon maka dua periode pada masa kepemimpinan SBY juga menjadi
sebuah lelucon karena aturan main tentang ambang batas 20 % sudah berlaku. Mengapa
pada masa kepemimpinan SBY persoalan ambang batas 20 % tidak dipersoalkan,
sementara di masa Jokowi dipersoalkan? Apa
yang dikatakan oleh Prabowo ini menjadi “boomerang politik” karena mungkin
tidak sadar bahwa pada masa kepemimpinan SBY, penerapan aturan ambang batas 20
% sudah ada.
KARYA PERTAMA TMM: MERAWAT ORANG-ORANG KUSTA
Sejarah Gereja Indonesia
mencatat bahwa Tarekat Maria Mediatrix adalah sebuah tarekat religius pribumi
pertama yang lahir dari tangan dingin Mgr. Johanes Aerts, MSC. Tarekat ini
lahir di tanah Ambon, tidak untuk
dirinya sendiri. Tarekat ini lahir dan menjadikan diri bermakna ketika berkarya
untuk orang lain. Tarekat Maria Mediatrix mengambil bagian dalam tugas
perutusan Kristus yaitu mewartakan kabar gembira kepada orang-orang yang
dijumpai. Beberapa bidang kehidupan digeluti oleh Tarekat Maria Mediatrix dan cara sederhana ini memungkinkan para
suster dari Tarekat Maria Mediatrix untuk menyapa mereka yang tidak disapa,
membalut mereka yang terluka dan mendidik generasi muda yang sedang mencari
ilmu pengetahuan. Sebuah tugas luhur dan berat yang membentang di sepanjang sejarah keberadaan manusia,
terakomodir dalam visi TMM: “Tarekat Diosesan Misioner yang dipanggil untuk
mengambil bagian dalam persekutuan Injil dan dibaktikan untuk karya-karya
kerasulan Tarekat.” Visi yang tertera ini merupakan sebuah cita-cita yang akan
terwujud pada masa yang akan datang dan berusaha menerjemahkan nilai-nilai
Injili itu dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mewujudkan visi
global yang diusung oleh Tarekat Maria Mediatrix ini diimplementasikan melalui
misi Tarekat Maria Mediatrix, “Tarekat
memberdayakan para anggota dan komunitasnya untuk dapat merealisasikan
visi TMM, melalui tugas perutusan dan karya-karya kerasulan Tarekat (Karya Kesehatan, Pendidikan, Sosial dan
Pastoral).”
Thursday, July 20, 2017
CREDIT UNION: LAHIR DARI RAHIM MASALAH SOSIAL EKONOMI (catatan sejarah munculnya Credit Union)
Keberadaan Credit Union dan perkembangannya
yang semakin pesat membawa dampak yang menggembirakan dan sekaligus
membantu para anggota Credit Union. Tetapi apakah ada yang tahu persis
tentang kapan munculnya credit union ini? Sejarah mencatat bahwa pada
awal abad ke 19, musim kelaparan dan musim dingin yang ekstrim menerpa
wilayah Jerman. Alam yang tidak bersahabat itu sepertinya menundukkan
para penduduknya dan tak berdaya atas kuasa alam. Peristiwa itu membawa
situasi yang serba kritis, yakni menipisnya persediaan makanan dan hal
ini berdampak pada kelaparan yang berkepanjan
gan serta mewabahnya penyakit.
Peristiwa kelaparan ini sangat rentan menerpa masyarakat kelas bawah yang tidak memiliki persediaan bahan makanan. mereka ini tergolong sebagai petani miskin, mereka yang tidak berpunya. Kesempatan yang sangat kritis ini dimanfaatkan oleh para pemilik modal (lintah darat). Orang-orang yang terkena musibah terus berusaha mencari modal sebagai penopang hidup mereka dan satu-satu cara yakni memijam uang pada mereka yang berpunya (lintah darat) dengan bunga yang sangat tinggi. Dalam kondisi seperti ini para petani kecil yang bermukim di perkampungan tidak bertahan dan pada akhirnya mereka memutuskan diri untuk merantau ke kota dengan suatu harapan agar nasib hidup mereka bisa berubah menjadi lebih baik.
gan serta mewabahnya penyakit.
Peristiwa kelaparan ini sangat rentan menerpa masyarakat kelas bawah yang tidak memiliki persediaan bahan makanan. mereka ini tergolong sebagai petani miskin, mereka yang tidak berpunya. Kesempatan yang sangat kritis ini dimanfaatkan oleh para pemilik modal (lintah darat). Orang-orang yang terkena musibah terus berusaha mencari modal sebagai penopang hidup mereka dan satu-satu cara yakni memijam uang pada mereka yang berpunya (lintah darat) dengan bunga yang sangat tinggi. Dalam kondisi seperti ini para petani kecil yang bermukim di perkampungan tidak bertahan dan pada akhirnya mereka memutuskan diri untuk merantau ke kota dengan suatu harapan agar nasib hidup mereka bisa berubah menjadi lebih baik.
Monday, July 17, 2017
Berbagi Pengalaman Misi
Bersama Pater Vinsen Wangge, SVD |
Kurang lebih sembilan tahun, Pater Vinsen Wangge, SVD bekerja sebagai misionaris SVD di Afrika bagian utara. Menurut penuturan beliau bahwa paroki di tempat ia bekerja adalah paroki yang paling miskin. Segala kegiatan pastoral terkadang tersendat karena minimnya dana. Memang, ada langkah yang ditempuh untuk mengatasi minimnya dana adalah meminta bantuan pihak lain, terutama sokongan dana dari SVD. Tantangan lain yang diceritakan adalah bagaimana menghadapi datangnya musim serta pergantiannya yang sangat ekstrim. Umat yang umumnya hidup dari pertanian, dalam setahun hanya sekali mengambil hasil pertanian sedangkan selebihnya aktivitas pertanian terpaksa berhenti karena perubahan musim yang ekstrim serta tidak menjanjikan keberhasilan dalam mengelola pertanian.
Friday, July 14, 2017
Thursday, July 13, 2017
Monday, July 3, 2017
PATER BURA LULI, SVD : “PASTOR UNTUK PARA GELANDANGAN”
Pater Yakobus Bura Luli, SVD adalah
imam pertama di Stasi Tapobali, Adonara
Timur. Sejak ditahbiskan pada 3 Juli 1977 di Larantuka, Pater Bura Luli, SVD bekerja di Provinsi SVD Timor.
Selama menjadi imam di Timor, ada
beberapa paroki ditanganinya terutama di wilayah Atambua dan Kefamenanu. Orang-orang
Kefa yang mengenalnya, mengatakan Pater Kobus terkenal sebagai pastor yang tegas
namun baik hatinya. Cukup lama Pater Kobus bekerja sebagai pastor kepala di Paroki Santa Theresia
Kefamenanu. Pendiriannya yang tegas dan
bisa merangkul kaum muda, membuatnya dikenal di masyarakat luas.
Penjemputan Pater Kobus dan Suster Lidya di Pelabuhan Waiwerang, 3 Juli 2017 |
Sebagai pastor kepala di Paroki Santa
Theresia Kefamenanu, Pater Kobus tidak hanya sibuk mengurus altar saja tetapi
juga terjun ke lapangan dan mengurus para gelandangan. Hampir setiap hari, Pater Yakobus Bura Luli,
SVD turun ke jalan-jalan dan mencari
para gelandangan yang suka bertengger di deker-deker tua. Di sanalah
Pater bertemu dengan para gelandangan dan berusaha membangun komunikasi dengan
mereka. Berkat ketekunan ini, para gelandangan dikumpulkan di sebuah asrama Paroki
Santa Theresia Kefamenanu. Kelompok gelandangan yang berhasil dikumpulkan ini lebih dikenal dengan “kelompok Jintiu” yang pada akhirnya mengalami perubahan
nama, “Kelompok Don Bosco.” Mereka kemudian dibina oleh Pater Kobus Bura Luli
dan dilatih untuk bekerja secara mandiri. Semua mereka pada akhirnya sadar dan
membangun hidup secara mandiri.
Thursday, June 22, 2017
Monday, June 19, 2017
TOLERANSI: SEBUAH PARADOKS ?
Oleh: Valery Kopong
Ketika mencermati gerak perjalanan sejarah bangsa ini terkesan ada
kemunduran yang luar biasa menyangkut
toleransi antarmasyarakat di tengah pluralisme ini. Saat ketika orang
mengkotak-kotakan kelompok di negeri
ini, kesan publik yang muncul yakni orang baru sadar bahwa bangsa
Indonesia berada pada nuansa
kemajemukan. Kemajemukan dilihat sebagai
sesuatu yang “terberi” dan bukannya sebuah permintaan. Itu berarti bahwa
kemajukan yang dimiliki oleh bangsa ini merupakan pemberian Allah dan ini
menjadi kekayaan Indonesia yang luar biasa.
Toleransi
menjadi sesuatu yang “mewah” di
Indonesia karena nilai-nilai toleransi
sedang tergerus oleh pemahaman yang sempit
oleh begitu banyak kelompok. Bahkan ada pejabat negara pun masih terjebak
dalam cara berpikir yang sempit tentang
toleransi dan kemajemukan. Memang, antara toleransi dan kemajemukan
adalah dua hal yang saling ber singgungan dan berpengaruh terhadap satu dengan
yang lain. Ketika orang mengabaikan dan bahkan menutup mata terhadap
kemajemukan bangsa ini maka pada saat yang sama, nilai toleransi mulai hilang.
Kemajemukan ini dilihat sebagai “perekat utama” karena ketika kita memandang
miring tentang orang lain dalam konteks kemajemukan bangsa ini maka pada saat
yang sama, kita sedang meruntuhkan sebuah kenyataan sejarah bangsa ini.
Monday, June 12, 2017
Menulis Dengan Darah
Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengalaman-pengalaman sederhana yang dituangkan dalam buku ini membangkitkan semacam suatu asosiasi aksiologis untuk melihat lebih jauh hal lain, ‘nilai’, dari sekedar pengalaman in se. Nilai, sesuatu yang seharusnya dikejar atau dituju seringkali terkelabui dalam jejalan rutinitas, yang tanpa disadari turut memasung manusia menjadi serupa robot, tanpa spirit. Tanpa upaya untuk melampaui yang empirikal dan menangkap apa yang hakiki di baliknya, orang akan dengan mudahnya terjauhi dari kemungkinan melihat satu fenomen dari aneka perspektif dan cara pandang. Sebaliknya, dengan refleksi atau dengan upaya menyelam lebih jauh, pengalaman hidup sesederhana apa pun mendapat bobot, yang pada gilirannya turut menjadikan seseorang menjadi lebih berbobot dan bernilai dalam cara pandang, sikap, dan cara hidupnya.
Saya yakin, John dan Valery melalui buku ini tidak
sekedar menulis, tetapi mereka menulis dengan satu komitmen sosial yang
sungguh, meski itu berangkat dari pengalaman pribadi mereka. Mereka, meminjam
kata – kata filosof Nietzsche, sungguh ‘menulis
dengan darah’
dengan kesadaran dan keterlibatan demi kepentingan yang lebih besar. ***
Bagi yang berminat dengan buku saya ini, silakan kontak, Valerianus Kopong, Hp 0812 888 613 89 / WA 0895 1216 9703
Tuesday, June 6, 2017
Membangun “Trust Politik”
(Catatan
Untuk Calon Gubernur NTT)
Oleh:
Valery Kopong
Membaca peta perpolitikkan Nusa Tenggara
Timur, tidak lebih sebagai perhelatan para elite politik dan masyarakat sekedar
sebagai penonton pasif. Situasi ini agak kontradiktif dengan proses Pilkada DKI
Jakarta di mana partisipasi publik sangat terasa karena warganya telah paham
tentang politik dan lebih dari itu ingin mempertahankan gubernur yang telah
berhasil mengedepankan program pro-rakyat. Memang bagi masyarakat awam,
berbicara tentang politik itu merupakan sesuatu yang menjenuhkan karena
masyarakat telah memprediksi “goal kekuasaan” yang ingin direbut. Itu berarti bahwa proses pertarungan politik
didesain sebagai upaya untuk meraih kekuasaan dengan cara apapun dan cara ini telah mengangkangi makna
esensial dari politik itu sendiri. Apa itu politik? Pertanyaan ini sederhana,
tetapi memiliki kedalaman makna. Ketika makna politik ditempatkan dalam konteks
perhelatan pemilihan kepala daerah maka yang muncul dalam ingatan publik bahwa
politik itu tidak lain adalah jurus jitu membangun strategi dan mematahkan
lawan. Namun di mata orang kampung, politik itu sama dengan seni menipu orang
lain.
Thursday, May 18, 2017
“Luka Kesuksesan”
Veronica Tan |
Ketika mengikuti jalan salib di Gereja Santo Gregorius Agung – Kota
Bumi-Tangerang pada setiap hari Jumat
dalam masa pra-paskah ini, seakan
memori imanku terbangun tatkala
memasuki perhentian ke 6. Pada perhentian ke 6 ini, yakni “Veronika Menyapu
Wajah Yesus,” mengingatkanku akan sosok
Veronika, seorang wanita Yerusalem yang tegar menerobos para kerumunan algoju
yang sedang menyiksa Yesus pada perjalanan menuju Golgota. Veronika tergerak
hati untuk mengusapi wajah Yesus yang penuh peluh dan darah dengan sepotong
kain. Menurut tradisi, pada kain yang dipakai untuk mengusapi wajah Yesus, kemudian tercetaklah gambar wajah Yesus.
Veronika memperoleh kenangan berharga dari perbuatannya, sepotong gambar yang menjadi kenangan sejarah, kenangan
kolektif umat Kristiani. Nama “Veronika” sendiri merupakan nama Latin dari
Berenice, sebuah nama Makedonia, yang artinya adalah “pembawa kemenangan”/ bearer
of victory (menurut bahasa Yunani, phere- nike).
Menelusuri perjalanan hidup
Ahok dan ditemani isterinya Veronica Tan, sepertinya mereka sedang mengalami
“jalan salib kehidupan politis.” Ahok dan Veronica Tan sebagai pengikut Kristus
sejati memperlihatkan diri sebagai murid yang sedang mengalami pencobaan di
tengah pusaran politik yang tak karuan. Ahok tahu bahwa jalan politik itu
terjal dan penuh dengan liku-liku yang terkadang menjebaknya untuk menerima
tawaran yang menggiurkan. Tetapi Ahok berani menolak semua godaan berupa
kesenangan duniawi. Ketika sebagian besar
anggota DPR RI yang sedang terjerat kasus korupsi E-KTP, Ahok lolos dari
jeratan korupsi massal itu dan ini memperlihatkan kredibilitas Ahok yang semasa
menjadi anggota DPR RI di komisi II, begitu menentang mega proyek yang membawa
skandal ini.
Monday, May 15, 2017
Puntung Rokok Sang Diktator
Perhelatan demokrasi pada Pilkada DKI Jakarta
pada putaran kedua, semakin memperlihatkan cara-cara yang memuakkan dari
pendukung Paslon tertentu. Cara-cara kampanye yang tidak demokratis ini
dilansir oleh salah satu stasiun televisi swasta dan mengemas dalam acara
talkshow dengan judul: “Cara Keji Kampanye Pada Pilkada DKI Jakarta.” Mengapa
publik melihat bahwa cara kampanye saat ini merupakan cara keji? Beberapa
kasus terutama dalam pemasangan spanduk
yang bernada provokatif menimbulkan keresahan di masyarakat. Agama seakan
menjadi isu murahan karena agama itu sendiri dipolitisasi demi mencapai target
politik, yakni kemenangan. Kampanye “keji” ini memperlihatkan bahwa strategi
kampanye yang dipakai oleh salah satu Paslon dirasa tidak mempan untuk
mendongkrak popularitas Paslon tersebut.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh para
pendukung Anies-Sandi pada hari-hari terakhir ini memperlihatkan kemunduran
dalam berdemokrasi. Berdemokrasi itu sendiri memperlihatkan upaya yang sehat
dalam meyakinkan Paslon yang diusung dan membiarkan masyarakat secara bebas untuk menentukan pilihan pada
saat pemungutan suara nanti. Tetapi kenyataan dalam berkampanye, isu mengenai
program yang mestinya digadang sebagai “komoditi politik” dalam meyakinkan
publik, ternyata kurang diperhatikan atau bahkan program yang ditawarkan
menjadi bahan tertawaan karena dirasa kurang logis. Misalnya menyangkut program
perumahan, masyarakat diberi kemudahan untuk mengkredit rumah dengan DP 0
%. Program ini dinilai tidak wajar dan pada beberapa waktu lalu,
Gubernur Bank Indonesia angkat bicara soal DP 0 % yang secara prosedural menyalahi aturan yang sudah ditetapkan. Ada
beberapa program lain yang ditawarkan oleh Anies-Sandi, yakni menolak
reklamasi. Tentang reklamasi, pada beberapa minggu lalu, ada dua pulau
dihentikan setelah adanya putusan dari PTUN. Itu berarti bahwa program
penolakan reklamasi yang selama ini didegungkan menjadi sesuatu yang absurd.
Raja Salman dan Ahok
Kunjungan Raja Salman membawa dampak positif
terhadap kerajaan Saudi Arabia dan Indonesia. Kunjungan ini juga termasuk
sebuah kunjungan istimewa karena selama 47 tahun tidak ada kunjangan raja dari
Kerajaan Saudi Arabia ke Indonesia. Raja Salman, dalam usia 81 tahun tetapi
masih menyempatkan diri mengunjungi Indonesia dan merupakan kunjungan balasan
ketika dua tahun yang lalu, Presiden Jokowi mengunjungi Arab Saudi. Apa yang
bisa diharapkan dari kunjungan bersejarah ini?
Ahok bersalaman dengan Raja Salman |
Seperti diberitakan oleh media, bahwa Raja
Salman datang ke Indonesia untuk berinvestasi. Ada beberapa program yang sedang
dan akan dilakukan oleh pemerintahan Jokowi-JK cukup banyak mendapat dukungan
dana. Karenanya insvestasi yang dilakukan oleh Raja Salman pada kunjungan ini
seakan memberikan harapan baru bagi Indonesia. Tetapi persoalan investasi,
barangkali dilihat sebagai hal yang biasa. Bagi penulis, hal yang lebih menarik
adalah kunjungan Raja Arab disambut oleh Presiden Jokowi dan juga Ahok,
Gubernur DKI Jakarta. Penulis tertarik melihat sosok Ahok yang kontroversial
bahkan menimbulkan kebencian publik, tetapi suasana ini bisa redah, ketika Raja
Salman dengan ramah menyalami Ahok.
Memang persoalan menyalami orang kelihatan biasa dan cuma sekedar berjabatan tangan.
Tetapi momentum ini dilihat secara berbeda, melampaui sebuah jarak pandang yang
biasa. Jabat tangan antara Ahok dan Raja Salman, merupakan jabat tangan dalam
konteks keberbedaan. Bahwa selama ini Ahok dalam kaca mata publik adalah sosok
yang nyentrik dan menampilkan perbedaan yang menyolok. Ahok adalah seorang
beragama Kristen Protestan dan keturunan Tionghoa. Isu-isu primordial ini
menjadi isu sentral yang digunakan oleh para lawan politik untuk
menjatuhkannya. Tidak hanya lawan-lawan politik tetapi juga kelompok-kelompok
radikal juga menentang kehadiran Ahok
bahkan ingin merobohkan kekuasaannya.
Tuesday, February 21, 2017
SIMBOL-SIMBOL DALAM GEREJA KATOLIK
Apakah IHS itu? Arti dari Nama Yesus Yang Tersuci
3 Januari, Pesta Nama Yesus Yang TersuciPada Forma Ekstraordinary, pesta Nama Yang Tersuci adalah “kelas kedua” (membuatnya menjadi sama dengan hari Minggu sepanjang tahun, lengkap dengan pendarasan Kemuliaan dan Syahadat Aku Percaya), tapi didalam Forma Ordinary peringatan Nama Yang Tersuci bahkan tidak termasuk dalam kalender setelah tahun 1970. Syukur, pesta ini kembali dirayakan sebagai peringatan (memorial) optional oleh Beato Yohanes Paulus II – kita harus berpikir bahwa Nama Ini pantas mendapatkan penghormatan setidaknya seperti ini!
Monday, February 20, 2017
AHOK DAN JALAN SALIB POLITIS
Suasana pagi dengan kabut yang mengelabui wilayah Tangerang, sepertinya
menggiring kesadaranku untuk menulis sesuatu sebagai bentuk sumbangan pemikiran
dan refleksiku terutama tentang
demokrasi yang terus diuji lewat pesta demokrasi. Demokrasi yang saat ini hidup
setelah melewati masa pemerintahan yang otoriter selamat tigapuluh dua tahun. Tetapi
apakah demokrasi yang sedang kita bangun itu memperlihatkan wajah demokrasi
yang sebenarnya? Pertanyaan tuyul ini
menggelitik ketika melihat geliat pesta pilkada sebagai realisasi demokrasi
yang didambakan publik.
Memang, banyak wilayah di negeri ini mengadakan perhelatan akbar dalam
pilkada untuk mencari pemimpin yang diharapkan warga. Tetapi dari sekian banyak
pilkada, sepertinya pilkada DKI Jakarta menjadi magnet bagi seluruh warga
Indonesia. Mengapa di tahun-tahun sebelumnya, pemilihan gubernur DKI Jakarta
tidak seheboh saat ini? Menurut penulis, hebohnya pilkada DKI Jakarta saat ini
karena calon gubernur yang diusung adalah Ahok yang beragama Kristen dan
keturunan Thionghoa. Persoalan agama yang merupakan aspek primordial yang
melekat dalam diri seseorang ternyata berpengaruh besar dalam perhelatan
politis bahkan terus dipersoalkan.
Thursday, February 16, 2017
ORANG GALILEA (Injil Markus)
Terbanyak ahli Kitab Suci mengakui kedua hal
penting berikut yang menyangkut Injil Markus. Pertama, Injil Markus merupakan
Injil yang pertama ditulis dan sekaligus menjadi dasar untuk Matius dan Lukas.
Dari 678 ayat yang ada dalam Markus, hampir semuanya ada dalam Matius dan lebih
dari separuh ada dalam Lukas. Hanya kira-kira 30 ayat yang tidak terdapat, baik
dalam Lukas maupun dalam Matius. Ini menunjukkan bahwa Markus adalah Injil yang
pertama ditulis. Matius dan Lukas menggunakannya sebagai dasar untuk Injil
mereka.
Satu
kenyataan lain lagi, Matius dan Lukas pada umumnya mengikuti susunan kejadian
atau peristiwa yang dilaporkan Markus. Kadang-kadang, baik Matius maupun Lukas
menyimpang dari susunan Markus; tetapi tentang peristiwa hidup Yesus, keduanya
tak pernah bersama-sama menyimpang dari Markus. Salah satu dari keduanya pasti
selalu mengikuti Markus; malah lebih sering keduanya sama-sama mengikuti
Markus.
Kedua,
Penyaksian Papias, Uskup Hierapolis-Phrygis Selatan pada awal abad kedua.
Papias mengumpulkan banyak informasi tentang Injil-Injil. Ia mengatakan bahwa
Injil Markus sebenarnya adalah bahan khotbah Petrus. Selanjutnya Uskup itu
mengatakan bahwa Markus adalah “penterjemah Petrus.” Markus dengan teliti
mencatat khotbah yang disampaikan Petrus.
Monday, February 13, 2017
"BIOGRAFI" ABRAHAM MENURUT KITAB KEJADIAN
Dalam Kitab Suci, kisah tentang Abraham terdapat dalam Kitab Kejadian bab 12-25, dengan prolog Kejadian 11:27-32. Berikut ini adalah rangkuman dari kisah Abraham yang terdapat dapat Kitab Kejadian.
INJIL MATIUS (JEMBATAN PENGHUBUNG)
Susunan kitab-kitab Perjanjian Baru
dalam naskah-naskah kuno, tidak selalu sama. Sebagai missal, Codex Bezae, satu
dari naskah-naskah yang terkenal, menurun susunan Matius, Yohanes, Lukas dan
Markus. Tetapi bagaimanapun, dalam semua naskah Perjanjian Baru, Matius selalu
mendapat tempat yang pertama. Hal ini bukanlah karena Matius merupakan buku
yang pertama ditulis. Sebab beberapa surat Paulus ditulis empat puluh tahun
sebelum Injil Matius. Biar begitu, Injil Matius selalu muncul sebagai yang
pertama karena Matius merupakan jembatan penghubung Perjanjian Lama dengan
Perjanjian Baru. Matius mempersatukan kedua perjanjian itu. Matius melihat
Yesus pemenuhan harapan bangsa Yahudi dan pemenuhan janji Allah kepada
umat-Nya.
Dalam
Matius, sebutan Anak Daud untuk Yesus lebih sering dari pada dalam Injil-Injil
yang lain, juga kalau ketiga Injil yang lain dikumpul bersama (Mat 1:1; 9:27;
12:23; 15:22; 20:30.31;21:9.15). Dalam Markus dan Lukas, Yesus tegas-tegas
disebut Anak Daud hanya pada peristiwa
penyembuhan orang buta (Mrk 10: 47-48; Luk 18:38-39). Dalam Yohanes, Yesus tak
pernah tegas-tegas disebut Anak Daud.
Supaya
tahu persis kekhasan Matius itu, kita harus membaca ceritera keempat penulis
Injil tentang Yesus memasuki Yerusalem
(Mat 21: 1-9; Mrk 11:1-10; Luk 19: 28-38; Yoh 12: 12-19). Dari keempat versi
ceritera itu, hanya dalam versi Matius, Yesus disebut Anak Daud.
Magisterium
Yesus mendekati mereka [kesebelas murid-Nya] dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:18-20)
Magisterium adalah Wewenang Kuasa mengajar Gereja. Dasar Magisterium adalah sebagai berikut :
“Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan alas nama Yesus Kristus” (DV 10). (KGK 85)
TRADISI-TRADISI DALAM GEREJA KATOLIK
SATU – Air Suci
Bila Anda datang ke gedung gereja, hal
pertama yang Anda lakukan adalah mencelupkan tangan Anda ke dalam air
suci dan membuat tanda salib. Mengapa Anda melakukan itu? Nah, inilah
tiga alasannya:
- demi pertobatan terhadap dosa-dosamu;
- untuk perlindungan terhadap yang Jahat;
- untuk mengingatkan Anda tentang pembaptisan.
Penjelasan
- Air suci mengingatkan kita untuk menyesali dosa-dosa kita. Ketika ada ritual pemercikan dalam liturgi, kita selalu menyanyikan Asperges, yang berarti “Anda akan diperciki atau dicuci“. Asperges me hysoppo et mundabor; lavabis me et super nivem dealbabor. Ini adalah kata-kata dari Mazmur pertobatan besar, Mazmur 50: Engkau akan mereciki aku dengan hisop dan aku akan dibersihkan: Engkau akan mencuci aku, dan aku akan menjadi lebih putih dari salju.
- Air suci adalah sakramental yang merupakan perlindungan terhadap perangkap setan. Doa lama untuk pemberkatan air suci mengatakan: Ya Allah, pencipta dengan kekuasaan tak terkalahkan, Raja kerajaan tak terkalahkan dan pemenang sungguh agung: yang mengalahkan kekuasaan musuh dan menaklukkan kemarahan amukan musuh, yang memerangi dengan kuasa melawan musuh jahat kami: dengan gentar kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, kami mohon dan meminta kepada-Mu: dengan belas kasih lihatlah air dan garam ini, dengan murah hati terangilah ini, menguduskannya dengan embun cinta kasih-Mu, sehingga dimanapun itu ditaburkan, melalui penyeruan Nama-Mu yang kudus, setiap perwujudan roh jahat diusir, dan teror dari ular beracun dijauhkan. Dan semoga kehadiran Roh Kudus selalu bersama kami, kami yang memohon belas kasihan-Mu.
- Air suci mengingatkan kita tentang janji pembaptisan kita untuk : menolak Setan, mengakui iman dalam Kristus, dan telah dibaptis dalam misteri Tritunggal Kudus. Pada saat itu, semua dosa kita telah diampuni: dosa asal dan aktual, dan kita menjadi anak-anak Allah, filii in Filio, ahli waris dari janji Allah, dan sekarang berani memanggil Allah sebagai Bapa kita.
Friday, February 3, 2017
BAPAK STANISLAUS LEWOTOBY
Acara perpisahan pak Stanis dengan Bapak Basyari Syam (Kepala Kanwil) |
“Setiap hari kita harus membuat titik-titik kebaikan.” Kata-kata ini merupakan kata kunci bagi seorang Stanislaus Lewotoby selama menjabat sebagai Pembimbing Masyarakat Katolik (Pembimas Katolik) pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten. Pria berdarah Ambon dan Flores ini selama kurang lebih 9 tahun mengabdi sebagai Pembimas di Banten. Banyak suka dan duka dialaminya ketika menjabat sebagai Pembimas.
Jabatan yang diemban selama ini
berakhir juga seiring dengan masa pension, terhitung mulai 1 Februari 2017. Menjelang
pension, para staf, guru dan penyuluh berkumpul bersama di Kantor Bimas
Katolik, Senin 30 Januari 2017 untuk mendengar pamitan terakhir sebelum
memasuki masa pension. Ada banyak kesan dan pesan yang disampaikan oleh semua
staf, guru dan penyuluh berkaitan dengan masa kepemimpinannya. Selamat memasuki
masa pension, dan terima kasih untuk semua jasa baikmu.***(Valery Kopong)
Wednesday, January 11, 2017
ELEGI MALAM PISAH
Setiap
hari, sepertinya penanggalan bergerak maju dan pada akhirnya menemukan
titik puncak, akhir tahun. Semua mata
tertuju pada kalender bisu yang terus
melekat pada dinding-dinding kumal. Pada tanggal terakhir di bulan Desember ini,
kalender 2016 perlahan diturunkan dan siap diganti dengan kalender yang baru,
2017. Tetapi sebelum mengakhiri tahun
2016, setiap kita sepertinya ingin
memaknai tahun ini sebagai momentum penting untuk merefleksikan diri dan
mengenang setiap kejadian yang telah kita lalui. Berapa langkah dan jejak kaki,
kita torehkan dalam sejarah perjalanan hidup kita terutama mengisi hari-hari
hidup di tahun 2016 ini? Jika itu
pengalaman menarik maka keinginan kuat bagi kita untuk mengulangi pengalaman
yang sama. Tetapi jika sebaliknya, pengalaman yang kita alami adalah pengalaman
yang tidak mengenakan bagi kita, maka
pelan tetapi pasti, kita akan berusaha
untuk melupakan pengalaman itu, sambil berharap bahwa di tahun baru, 2017 itu akan lebih baik.
Thursday, January 5, 2017
KANVAS RAHIM
wajah kedua orang tuaku |
TANGGAL
LAHIR
MELUKIS
DIRI
PADA
KANVAS RAHIM
IBUNDA
Subscribe to:
Posts (Atom)