Saturday, December 18, 2010

TRADISI JUMAT AGUNG:

Prosesi Tuan Meninu

Larantuka, kota kecil di bibir pantai paling timur Pulau Flores, menjadi pusat perhatian umum setiap menjelang hingga puncak perayaan Paskah. Sejak Rabu hingga Jumat Agung, dalam pekan suci umat Katolik itu, kota nan indah di kaki gunung Ile Mandiri ini disesaki seluruh penduduk kota, pemudik dan peziarah dari kota-kota lain di NTT, Jawa, Bali, Kalimantan, bahkan dari luar negeri.

Mereka tenggelam dalam sebuah prosesi bernuansa Portugis yang digelar setiap perayaan Paskah. Itulah prosesi Semana Santa (bahasa Portugis berarti Pekan Suci), sebuah tradisi unik, satu-satunya di dunia, yang telah berlangsung selama lima abad di Larantuka. Prosesi tersebut berintikan penyertaan pada penderitaan Yesus Kristus dan devosi kepada Maria Dolorosa— Maria Berdukacita, yang kehilangan Yesus, putranya yang mati demi penebusan dosa.

Belum lama ini, wartawan floresnews Alex Dungkal berada di tengah-tengah puluhan ribu peziarah, mengikuti dari dekat seluruh ritual Pekan Suci yang berjalan hikmat, khusyuk, dan menggetarkan itu. Selama Pekan Suci itu, Larantuka benar-benar steril dari raungan bunyi kendaraan bermotor, hiruk-pikuk penduduknya yang mencari nafkah, dan kesibukan para pegawai pemerintahan daerah yang sehari-hari melayani kepentingan warganya.

Mirip Bali menyambut Hari Raya Nyepi, begitulah Larantuka saat rangkaian prosesi Semana Santa berlangsung. Kota yang sempat porak-poranda oleh bencana tanah longsor pada 1992 ini, seketika sepi, tanpa geliat apa pun. Hanya terdengar untaian doa dan nyanyian-nyanyian rohani dari Gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka, Kapel Tuan Ma (Bunda Maria), Kapel Tuan Ana (Tuhan Yesus), dan tori-tori (tempat sembayang) yang menyebar di kota itu.

Semuanya satu dalam ziarah iman untuk mengenang penderitaan Yesus dan duka Bunda Maria yang begitu sabar dan setia menyertai karya keselamatan puteranya itu.

Prosesi Bahari

Dimulai pada Rabu trewa atau Rabu terbelenggu, para peziarah memasuki Pekan Suci dengan sebuah kebaktian khusus yang diadakan di Gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka pada petang menjelang malam hari. Di sini diperdengarkan lamentasi, ratapan Nabi Yeremia, yang dinyanyikan secara syahdu oleh para konfreria.

Konfreria adalah sebuah serikat persaudaraan yang sangat berperan dalam perkembangan gereja Katolik di Larantuka dan Flores Timur umumnya. Perserikatan yang berasal dari tradisi Portugis ini sangat berperan dalam setiap upacara Pekan Suci. Mereka juga disebut “Lasykar Maria”. Bunda Maria menjadi sumber mata air kekuatan mereka. Hidup dan pengabdiannya pun sepenuhnya demi kebaikan bagi orang lain.

Selanjutnya, Kamis Putih adalah upacara hari berikutnya. Pada hari ini, patung Maria Bunda Berduka (Mater Dolorosa) yang ditahtakan di Kapel Tuan Ma dibersihkan dan dimandikan lalu dihiasi. Setelah selama setahun ditutup, Kapel Tuan Ma yang terletak di Pantai Kebis ini pun dibuka pada petang harinya oleh keturunan Raja Larantuka Diaz Viera de Godinho. Bersamaan itu, kapel Tuan Ana, yang terletak tak jauh dari Kapel Tuan Ma juga dibuka untuk umum.

Inilah salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu ribuan umat dan peziarah. Mereka memanfaatkan kesempatan emas ini untuk bersujud, mohon berkat dan rahmat Tuhan, serta menyampaikan intensi-intensi khusus mereka dalam doa dan lagu. Para peziarah diberi kesempatan mencium patung Sang Bunda yang dianggap suci dan keramat ini.

Mereka umumnya datang dengan suatu keyakinan bahwa Bunda Maria akan membawa doa dan permohonannya kepada Tuhan Yesus (Per Mariam ad Yesum). Mereka yakin dalam iman: yang sakit disembuhkan, yang susah mendapat penghiburan, yang kehilangan pekerjaan akan mendapatkannya lagi melalui doa kepada Bunda Maria. “Niat yang kita sampaikan kepada Bunda Maria dengan penuh keyakinan pasti akan mendapat jawaban,” ucap Lindawati, peziarah asal Batam, Kepulauan Riau.

Pembukaan dua kapel ini berlangsung hingga keesokan harinya, sampai para peziarah kemudian larut dalam prosesi puncak Jumat Agung, yang disebut Sesta Vera.

Namun, sebelum prosesi Jumat Agung berlangsung, digelar pula sebuah prosesi yang juga tak kalah uniknya, yakni perarakan bahari Tuan Menino (patung kanak-kanak Yesus dalam bahasa setempat). Ini benar-benar perarakan lintas laut, di mana patung kanak-kanak Yesus dibawa dari Kapel Tuan Menino di kampung Rowido yang terletak di sebelah Timur Larantuka, ke pusat kota, dengan menyeberangi selat antara ibu kota Kapubaten Flores Timur itu dan Pulau Adonara.

Patung anak-anak Yesus ini dibawa dalam berok, kapal bercadik, yang diiringi puluhan perahu dan beberapa kapal lain di belakang dan di sekelilingnya. Sementara itu, ribuan umat telah berkumpul di Pantai Pohon Sirih, di depan istana Raja Larantuka menanti arak-arakan laut ini. Setelah mendarat, patung ini diarak menyusuri jalan-jalan di Larantuka, untuk kemudian ditahtakan di armida khusus Tuan Menino.

Di tempat lain, ada arak-arakan membawa patung Tuan Ma dan Tuan Ana dari kapel persemayamannya ke Gereja Katedral Larantuka. Arak-arakan ini terdiri atas beberapa unsur, mulai dari anak-anak, pembawa genderang, dan alat-alat lain.



Keagungan Jumat Agung

Tentu saja, puncak dari seluruh rangkaian prosesi Semana Santa Larantuka adalah Jumat Agung. Inilah inti atau pusat dari seluruh prosesi untuk mengenang pengantaran jenazah Yesus ke pemakamannya di luar kota Yerusalem. Hari Jumat Agung ini juga disebut “proses pemakaman Yesus”.

Makanya tak heran bila warna kedukaan menyelimuti rangkaian prosesi ini. Busana hitam, doa-doa duka, dan lagu-lagu ratapan, mendominasi prosesi yang dimulai dari Gereja Katedral Larantuka hingga melintasi jalan utama kota ini sejauh sekitar empat kilometer. Puluhan ribu peziarah berarakan mengiringi “prosesi pemakaman Yesus” yang hadir dalam wujud sebuah peti jenazah yang berisikan patung Yesus, juga patung Tuan Ma, yang masing-masing diusung oleh lakademu (orang khusus yang disumpah) dan para konfreria.

Dalam prosesi Jumat Agung malam itu, patung jenazah Yesus berada di urutan depan, disusul patung Tuan Ma di belakangnya. Ini memperlihatkan posisi dan peran Bunda Maria sebagai Bunda Berdukacita yang berjalan mengikuti Yesus di jalan salib sampai ke Kalvari.

Perjalanan prosesi mengelilingi Kota Larantuka itu menyinggahi delapan (8) armida atau perhentian. Selain menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam perjalanan hidup Yesus, ke-8 armida tersebut sekaligus melambangkan peran dan fungsi delapan suku yang terlibat dalam siar keagamaan dan tradisi kehidupan sosial masyarakat di kota itu.

Kedelapan armida yang disinggahi itu adalah armida Suku Mulawato (Pantai Besar) di Kelurahan Lohayong dan Pohon Sirih, armida Suku Sarotari di Pohon Sirih dan Balela, armida Suku Amakelen dan Hurint, armida Suku Kapitan Jentera, armida Suku Riberu/da Gomes, armida Suku Sau/Diaz, armida keluarga Raja Diaz Viera de Godinho, armida Suku Amakelen Lewonama di Kapela Tuan Ana. Di Armida ini, prosesi berarak kembali menuju Gereja Katedral sebagai akhir dan pusat dari prosesi Jumat Agung.

Larantuka, selama prosesi Jumat Agung malan itu, benar-benar seperti kota duka. Puluhan ribu peziarah dibawa larut ke suasana begitu mencekam oleh suara wanita berbusana dan berkerudung serba hitam yang menggemakan lagu ratapan nan liris, O Vos Omnes Qui transitis, pada setiap perhentian. Begitu pula lagu Signor Deo yang dinyanyikan puluhan konfreria membawa suasana Larantuka jadi “kota magis”.

Sekitar 50 ribu peziarah pun hanyut dalam suasana syahdu. Dengan lilin-lilin yang bernyala di tangan para peziarah dan ribuan lainnya yang dipasang sepanjang jalan yang dilalui, Larantuka jadi kota sejuta lilin.

Selama enam jam perarakan Jumat Agung, Larantuka benar-benar sunyi senyap. Hanya terdengar derap langkah ribuan peziarah yang setia menelusuri jalan penderitaan Yesus. Hanya ada doa dan lagu-lagu pujian yang menggema ke mana-mana. Hanya ada cahaya lilin yang membuat Larantuka bercahaya di tengah kegelapan malam.

Pemandangan malam itu sungguh menakjubkan: Kota Larantuka yang mengekspresikan keagungan Jumat Agung – peringatan tentang sengsara dan wafat Kristus -- dalam lautan cahaya lilin, kekusyukan doa-doa, serta lagu-lagu pujian.
Last Updated ( Friday, 23 April 2010 15:11 )

No comments: