Tuesday, June 8, 2010

MATA AIR

Di hutan yang masih perawan itu, terdapat mata air yang mengalirkan sungai dan memberikan kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Mata air sebagai sumber air yang menawarkan kesuburan dan kesegaran senantiasa bertahan di tengah terpaan musim. Pergantian musim, dari musim penghujan ke musim kemarau, seakan tidak berpengaruh pada debit air yang selalu siap memberi kesegaran dan menawarkan dahaga bagi yang haus.
Kehadiran Yesus di tengah dunia ibarat mata air sejati. Ia selalu menawarkan kesegaran iman bagi mereka yang telah kehilangan harapan. Karenanya, percaya pada Yesus berarti membiarkan iman kita tersirami dengan air kasih-Nya. Tetapi apakah mungkin iman setiap orang tersirami secara sempurna oleh Yesus? Beriman berarti sebuah bentuk penyerahan diri secara total kepada-Nya dan dalam proses penyerahan diri, seseorang selalu membuka diri bagi-Nya dan membiarkan Yesus hidup di dalam dirinya sendiri.
Santo Paulus yang dikenal sebagai rasul terbesar dalam Gereja katolik, dimatangkan imannya oleh pengalaman dalam Dia. Para pengikut Yesus, yang dahulunya disiksa dan dianiaya olehnya tetapi kemudian setelah peristiwa Damsyik (Peristiwa jatuhnya Saulus dari kudanya) menjadi pengalaman yang berharga dalam membangun kondisi hidupnya. Hatinya yang keras dan selalu mau mematahkan hidup bagi yang percaya pada Yesus, justeru dicairkan oleh Yesus. Imannya yang dulunya gersang dan tandus, jauh dari sentuhan-Nya, kini tersirami kembali berkat daya kekuatan Roh Kudus.
Betapa besar kasih Yesus. Kasih-Nya seluas samudera dan cinta-Nya sedalam lautan telah diperlihatkan kepada siapa saja yang percaya pada-Nya. Di sini, dapat dikatakan bahwa setiap manusia mempunyai peluang yang sama untuk dibenah hidupnya dan disegarkan imannya. Saulus yang dulunya dikenal sebagai penjahat telah diperkenalkan secara baru bagi kita, yakni Paulus. Ia mendapat tugas istimewa untuk mewartakan sabda Allah, tidak hanya dalam lingkungan Yahudi melainkan di luar lingkungan Yahudi. Ia (Paulus) menjadi pewarta karena daya Roh Kudus. Pengalaman Damsyik tidak hanya menjadi pengalaman Paulus semata tetapi juga menjadi pengalaman kita semua yang senantiasa membuka diri bagi Tuhan dan rela dituntun ke jalan yang benar.*** (Valery Kopong)

0 komentar: