Tuesday, June 8, 2010

JENDELA

SETIAP rumah tentu mempunyai sebuah jendela atau paling kurang fentilasi sebagai jalan sirkulasi udara. Umumnya rumah-rumah, baik tradisional maupun yang sudah modern memiliki jendela sebagai “ruang tembus pandang” bagi mereka yang berada di dalam rumah maupun mereka yang berada di luar rumah. Dengan adanya jendela maka para penghuni dapat memantau seluruh aktivitas yang dijalankan oleh orang-orang yang berada di luar rumah. Jendela rumah membuka peluang “perjumpaan jarak jauh” untuk mereka yang berada di luar rumah.
Sebelum Konsili Vatikan II, kehidupan Gereja Katolik terkesan kaku dan bahkan mengurung diri dari pergaulan umum dan mau berdialog dengan agama-agama lain. Gereja sendiri mengklaim diri sebagai sarana keselamatan. “Extra ecclesia nulla salus,” di luar Gereja tidak ada keselamatan. Dengan paham ini maka Gereja memposisikan diri sebagai satu-satunya jalan kebenaran dan penentu keselamatan. Apakah paham ini benar dan bertahan sepanjang sejarah? Ternyata tidak!
Setelah Konsili Vatikan II, Gereja menyerukan dialog yang intens dengan kebudayaan dan agama-agama lain. “Sudah waktunya Gereja harus membuka jendela-jendela Vatikan agar udara luar (baca: pengaruh luar) dapat masuk ke dalam Gereja. Gereja perlahan membuka diri dan menerima pelbagai perubahan demi pengembangan Gereja itu sendiri. Dapatkah kita membuka jendela hati kita agar kita berani berdialog dan berubah sesuai dengan tuntutan zaman?***(Valery Kopong)

0 komentar: