Tuesday, June 8, 2010

LAUT

Di atas geladak kapal, aku selalu melepaskan pandangan ke arah hamparan samudera yang begitu luas. Kapal yang pernah kutumpangi delapan tahun lalu, begitu besar. Tetapi ketika berada di tengah laut dan mencoba mencari jalan tanpa jejak yang pasti untuk menggapai dermaga harapan, ia tak berarti apa-apa. Betapa besar Allah menempatkan seluruh isi muka bumi dengan nama masing-masing. Allah mengumpulkan sungai-sungai di suatu tempat dan menamainya laut. Setiap hari sungai-sungai dari penjuru dunia terus mengirimkan air ke muara terakhir, laut. Tetapi sampai kapankah, laut itu menjadi penuh?
Merenung dan bertanya, sampai kapankah laut menjadi penuh adalah kesia-siaan, demikian kata Sang Pengkhotbah. Segala sesuatu adalah sia-sia. “Sungai-sungai terus mengalir ke laut tetapi laut juga tidak menjadi penuh.”
Laut adalah lambang kemurahan hati Allah. Segala yang baik dan buruk ditampung dalam satu naungan. Dapatkah kita menjadikan diri sebagai “laut” yang sanggup menerima kebaikan dan keburukan orang lain?***(Valery Kopong)

0 komentar: