Monday, November 16, 2020

Maria Mencari Penginapan

Beberapa hari yang lalu, saya diminta oleh teman untuk mengoreksi sebuah teks “Jalan Salib Keluarga” yang akan digunakan oleh salah satu paroki pada masa adventus nanti. Menarik bahwa teks yang disodorkan itu memendam nilai rasa teologis dan sekaligus implementasi yang mendalam pada kehidupanya nyata. Teks setebal 24 halaman itu menggambarkan ziarah panjang keluarga dengan titik renung pada “Keluarga Nazareth.” Ya, hidup ini adalah sebuah ziarah, sebuah perjalanan panjang dan tidak lebih dari itu, hidup ini adalah sebuah jalan salib. Mengapa hidup ini dikatakan sebagai jalan salib? Karena dalam menjalani hidup ini, tidak ada yang mulus dan sempurna tetapi penuh dengan derita dan tantangan.

Pada akhir koreksi teks itu, saya menganjurkan agar judulnya diubah karena isi teks ini menampilkan dua sisi yang bertolak belakang. Di satu sisi, judul teks “Jalan salib keluarga,” menggiring kesadaran umat yang telah mapan konsep beriman dan menjalani upacara jalan salib pada masa pra-paskah, dan di sisi lain, inti perenungan dalam jalan salib itu adalah peristiwa inkarnasi dan keterlibatan Maria dalam karya keselamatan. Menjalani jalan salib pada momentum adven (penantian) menjadi hal yang kurang tepat dan ini menjadi pertanyaan besar dari umat akan kegiatan jalan salib ini. Karena itu pada akhir koreksi teks itu, saya menawarkan perubahan judul. Jangan gunakan “Jalan Salib Keluarga” sebagai judul utama tetapi lebih tepat diberi judul “Maria Mencari Penginapan” (Sebuah ziarah iman keluarga Kristiani). 

Mengapa judul teks itu saya ubah? Saya memiliki alasan yang kuat bahwa isi teks jalan salib keluarga lebih menampilkan karya penyelamatan Allah terhadap manusia dengan titik pangkal perenungan  peristiwa inkarnasi, Allah menjelma menjadi manusia. Di sini, kita melihat bagaimana keterbukaan Maria untuk menerima tawaran Allah yang disampaikan oleh Malaikat Gabriel. Perhentian-perhentian itu lebih banyak mengadopsi peristiwa-peristiwa dalam doa-doa Rosario, seperti peristiwa gembira dan mulia.

Saya sendiri melihat bahwa “Maria Mencari Penginapan” merupakan judul yang tepat dan dalam proses pencarian penginapan itu, secara implisit memperlihatkan sebuah jalan salib. Dari rumah yang satu ke rumah yang lain, Maria dan Yosef mencari tempat penginapan, terutama memprioritaskan Maria untuk mendapat tempat yang layak untuk melahirkan Yesus. Pencarian penginapan dan tidak mendapatkan rumah,  menunjukkan betapa tertutupnya hati manusia yang tidak menerima kehadiran Sang Juru Selamat. Tetapi dalam peristiwa ini kita dapat melihat rancangan Allah dalam perjalanan hidup Yesus. Ia (Yesus) dilahirkan dalam kandang hewan, menunjukkan penghambaan diri Yesus dan mau bersolider dengan manusia. Kelahiran-Nya di kandang hewan memperlihatkan titik ironi yang mendalam. Dalam kederhanaan-Nya, Allah yang menjelma menjadi manusia, datang untuk menyelamatkan manusia. Titik awal penyelamatan itu menyata, saat Maria menerima tawaran Allah untuk menjadi ibu Tuhan. Dalam kepasrahan-Nya, Ia berkata: “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku, menurut perkataan-Mu.”***(Valery Kopong)

 

 

No comments: