Wednesday, November 4, 2020

Melampaui Batas Agama

 

Berkunjung ke ruangan kerja  ketua Yayasan Insan Teratai Sejati, ada sesuatu yang menarik yang terpampang pada dinding ruangan itu.   Saya ditunjukkan oleh ketua yayasan akan sebuah hadiah terindah dari Paus Fransiskus yaitu berkat apostolik yang dipigura terlihat terpampang pada dinding ruangan itu.  Dengan bangga Mami Aysiang, ketua Yayasan Insan Teratai Sejati menceritakan kisah perjalanan mereka ke tanah suci dan mampir juga di kota Roma. Kisah perjalanan (ziarah ke tanah suci) menjadi menarik untuk didengar karena yang melakukan perjalanan itu salah satunya seorang beragama Budha.

Mengapa menjadi menarik dari cerita ziarah ini? Karena pelaku yang melakukan perjalanan ini seorang Budhis yang berziarah bersama dengan rombongan orang-orang Katolik ke tanah suci.  Berziarah ke tanah suci  merupakan perjalanan yang menyenangkan dan sekaligus sebagai wisata rohani yang menyegarkan. Ketika berada di kota Roma, mereka diberitahu oleh pemandu jalan yakni salah seorang romo kepada seluruh rombongan yang beragama Katolik bahwa mereka akan mendapatkan berkat apostolik dari paus dan berkat apostolik itu dibawa pulang sebagai sebuah kenangan yang berharga. 

Namun di dalam rombongan Katolik itu ada salah satu peserta beragama Budha.yang tidak lain adalah Mami Aysiang yang kini menjabat sebagai ketua Yayasan Insan Teratai Sejati. Sejak diumumkan untuk mendapatkan berkat apostolik dalam bentuk pigura itu, selalu ada pertanyaan dalam diri seorang Mami Aysiang. Apakah saya yang bukan beragama Katolik bisa diperbolehkan menerima berkat apostolik dari paus dan kemudian saya bisa bawa pulang dari tanah suci?

Pertanyaan ini merupakan pertanyaan pergulatan karena yang bertanya adalah salah seorang beragama Budha dan ingin mendapatkan berkat apostolik dari paus yang diterima dalam bentuk pigura itu. Romo yang mendampingi mereka berkata bahwa mohon maaf Ibu yang beragama lain (Budha) tidak mendapatkan berkat apostolik dari paus. Mami Aysiang harus bersikap pasrah untuk menerima pesan dari romo ini.

Namun ketika dibicarakan lagi dengan pihak yang berkepentingan mengeluarkan berkat apostolik ini, apa yang menjadi kecemasan berubah menjadi kegembiraan. Mami Aysiang yang beragama Budha dan berada dalam rombongan para peziarah berhak mendapatkan berkat apostolik dalam bentuk pigura. Suatu kebanggaan tersendiri bagi dia yang beragama lain tetapi berhak juga mendapatkan berkat apostolik yang yang didapatkan bersama dengan para peziarah dari Indonesia.  Berkat apostolik itu, saat  ini dipajang pada ruangan kerja Ibu Siang Riani (Mami Aysiang) sebagai ketua Yayasan Insan Teratai Sejati.  Bagi saya yang Katolik, ini merupakan sebuah hadiah terindah dari seorang paus yang memberikan berkat apostoliknya tidak hanya untuk orang-orang Katolik tetapi orang lain yang bersedia dan mau untuk menerima berkat apostolik itu. 

Tentu ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bahwa berkat apostolik tidak hanya diterima oleh orang-orang yang dibaptis secara Katolik atau bahkan yang menamakan diri sebagai pengikut Kristus tetapi mereka yang berada dalam rombongan yang kebetulan beragama lain juga berhak memperoleh berkat yang sama. Berkat apostolik yang sarat dengan pengalaman berharga ini juga menggugah kesadaran saya sebagai seorang Katolik yang belum pernah menginjakkan kaki di tanah suci.  Tetapi lewat pengalaman ini,  sepertinya saya tenggelam di dalam pengalaman rohani yang mendalam, seperti  dialami oleh seorang ibu yang beragama Budha ini.  Kecemasan dari seorang ibu yang beragama Budha ini yang pada awalnya tidak mendapatkan berkat sesuai informasi yang diberikan oleh seorang romo kepada rombongan tetapi pada akhirnya dia mendapatkan juga walaupun dia beragama lain.

Pesan ini mau menunjukkan kepada kita bahwa perhatian kita dan juga nilai-nilai kekristenan kita tidak hanya mengarah kepada orang-orang yang menamakan diri sebagai pengikut Kristus tetapi juga bagi mereka yang percaya dan mau untuk menerima berkatnya sama seperti Yesus ketika mengadakan misi awal di dunia tak pernah terdengar bahwa misinya yaitu misi menyelamatkan hanya untuk orang-orang yang percaya kepada-Nya.  Tetapi misi yang dibawa oleh Yesus yaitu misi penyelamatan merupakan misi universal,  misi yang menjangkau orang-orang yang percaya akan Dia. Misi untuk menyelamatkan seluruh umat manusia,  mau menunjukkan kepada kita bahwa Yesus dalam menjalankan misi-Nya selalu memangkas egoisme di dalam diri-Nya dan  harus berani keluar dari diri dan kelompok.

Misi penyelamatan untuk seluruh umat manusia juga mau menunjukkan bahwa tindakan penyelamatan Yesus  bukan untuk kelompok tertentu tetapi untuk seluruh umat manusia.  Itu berarti bahwa misi penyelamatan tidak melihat ego sektoral terutama orang-orang yang menamakan diri sebagai pengikut-Nya tetapi misi penyelamatan secara kolektif tanpa ada sekat pemisah. Apa yang dilakukan oleh Yesus merupakan sebuah misi pembebasan,  misi keberpihakan dan misi penyelamatan untuk dunia dan umat manusia secara keseluruhan. Bahwa pada awalnya kehadiran Yesus diramalkan oleh para nabi yang akan datang dari turunan Raja Daud dan mestinya Ia hadir menjadi penyelamat di tengah-tengah kelompoknya sendiri tetapi justru orang-orang di mana misi itu ditujukan dan ternyata mereka menolak-Nya.

Mengapa mereka (bangsa pilihan Allah)  menolak Mesias yang dijanjikan oleh Allah? Karena Mesias yang dijanjikan oleh Allah merupakan Mesias yang berani dan tampil gagah perkasa untuk bisa menyelamatkan mereka dari penindasan. Situasi penindasan waktu itu memungkinkan mereka untuk mengharapkan kehadiran Mesias itu sebagai pahlawan yang tampil gagah perkasa dan menyelamatkan mereka dari penindasan itu.  Tetapi apa yang diharapkan justeru sebaliknya yaitu bahwa Mesias yang dinantikan itu datang dalam bentuk manusia lemah.  Ia hadir dalam rupa manusia yang sederhana,  lahir dari rahim seorang perempuan sederhana. Yesus dilahirkan di kandang Betlehem, sebuah kandang hewan dan ini mau menunjukkan bahwa Yesus benar-benar mengambil rupa sebagai seorang hamba yang pada akhirnya bisa membaur dengan kehidupan manusia yang menderita dan rapuh. Melalui kelahiran-Nya di kandang hewan Ia mau bersolider dan mau berbagi rasa dengan manusia yang tertindas.  Namun apa yang terjadi dari kehadiran-Nya di tengah-tengah orang yang dipilih oleh Allah itu?

Bangsa pilihan-Nya  pada akhirnya menolak kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka.  Dengan penolakan ini maka Yesus mewartakan seluruh kabar gembira kepada semua orang yang percaya dan juga orang yang tidak percaya kepada-Nya. Mengapa kita yang awalnya bukan bangsa pilihan Allah kemudian menjadi percaya kepada Yesus?  Karena baptisan, kita dikatakan sebagai bangsa pilihan Allah yang baru,  Israel baru.  Karena baptisan kita sebut sebagai Israel baru karena iman kita kepada Kristus.  Dengan pembaptisan kita mengambil bagian dalam pewartaan tentang Kristus yang bangkit dan hidup di tengah-tengah masyarakat lewat tindakan dan cara hidup kita yang menyelamatkan orang lain. 

Lewat pembaptisan, kita mengambil bagian dalam misi penyelamatan Kristus untuk menyapa orang-orang yang terlupakan  di sekitar kita.  Semasa hidupnya Yesus berjalan dari satu kota ke kota yang lain,  dari satu desa ke desa yang lain untuk berbuat baik dan mewartakan kabar gembira.  Di sini mau menunjukan bahwa ada gerak keluar yang dilakukan oleh Yesus terhadap orang-orang di sekitarnya.  Gerak keluar yang dimaksudkan ini lebih ditafsirkan sebagai gerak misioner Yesus dan misi penyelamatan Yesus itu bisa terjadi karena ia berani keluar dari diri-Nya dan pergi menyapa orang dari desa ke desa dan kota ke kota.

 Orang-orang yang disapa-Nya itu  pada akhirnya mengalami kesembuhan  dan juga sambil menghadirkan Kerajaan Allah di dunia.  Bahwa Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus adalah kerajaan yang penuh dengan sukacita,  kerajaan Allah yang penuh dengan keberpihakan kepada  mereka yang miskin dan lemah.  Karena itu ketika kita mau mengambil bagian di dalam kemuridan  Yesus maka kita berani berpihak pada mereka yang miskin dan lemah,  berani berpihak pada mereka yang tertindas dengan cara kita masing-masing.  Hanya dengan berpihak pada kebenaran dan kebaikan,  pada saat yang sama,  sadar atau tidak kita sedang mewartakan misi penyelamatan Yesus yaitu hadir untuk menyapa dan menyelamatkan orang-orang yang ada di sekitar kita.***(Valery Kopong)

0 komentar: