Monday, June 12, 2017

Menulis Dengan Darah


Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengalaman-pengalaman sederhana yang dituangkan dalam buku ini membangkitkan semacam suatu asosiasi aksiologis untuk melihat lebih jauh hal lain, ‘nilai’, dari sekedar pengalaman in se. Nilai, sesuatu yang seharusnya dikejar atau dituju seringkali terkelabui dalam jejalan rutinitas, yang tanpa disadari turut memasung manusia menjadi serupa robot, tanpa spirit. Tanpa upaya untuk melampaui yang empirikal dan menangkap apa yang hakiki di baliknya, orang akan dengan mudahnya terjauhi dari kemungkinan melihat satu fenomen dari aneka perspektif dan cara pandang. Sebaliknya, dengan refleksi atau dengan upaya menyelam lebih jauh, pengalaman hidup sesederhana apa pun mendapat bobot, yang pada gilirannya turut menjadikan seseorang menjadi lebih berbobot dan bernilai dalam cara pandang, sikap, dan cara hidupnya.

Saya yakin, John dan Valery melalui buku ini tidak sekedar menulis, tetapi mereka menulis dengan satu komitmen sosial yang sungguh, meski itu berangkat dari pengalaman pribadi mereka. Mereka, meminjam kata – kata  filosof Nietzsche, sungguh ‘menulis dengan darah’ dengan kesadaran dan keterlibatan demi kepentingan yang lebih besar. ***

Bagi yang berminat dengan buku saya ini, silakan kontak, Valerianus Kopong, Hp 0812 888 613 89 / WA 0895 1216 9703



Tuesday, June 6, 2017

Membangun “Trust Politik”



(Catatan Untuk Calon Gubernur NTT)

Oleh: Valery Kopong

Membaca peta perpolitikkan Nusa Tenggara Timur, tidak lebih sebagai perhelatan para elite politik dan masyarakat sekedar sebagai penonton pasif. Situasi ini agak kontradiktif dengan proses Pilkada DKI Jakarta di mana partisipasi publik sangat terasa karena warganya telah paham tentang politik dan lebih dari itu ingin mempertahankan gubernur yang telah berhasil mengedepankan program pro-rakyat. Memang bagi masyarakat awam, berbicara tentang politik itu merupakan sesuatu yang menjenuhkan karena masyarakat telah memprediksi “goal kekuasaan” yang ingin direbut.   Itu berarti bahwa proses pertarungan politik didesain sebagai upaya untuk meraih kekuasaan dengan cara apapun  dan cara ini telah mengangkangi makna esensial dari politik itu sendiri. Apa itu politik? Pertanyaan ini sederhana, tetapi memiliki kedalaman makna. Ketika makna politik ditempatkan dalam konteks perhelatan pemilihan kepala daerah maka yang muncul dalam ingatan publik bahwa politik itu tidak lain adalah jurus jitu membangun strategi dan mematahkan lawan. Namun di mata orang kampung, politik itu sama dengan seni menipu orang lain.

Thursday, May 18, 2017

“Luka Kesuksesan”


Veronica Tan

Ketika mengikuti jalan salib di Gereja Santo Gregorius Agung – Kota Bumi-Tangerang pada setiap hari Jumat  dalam masa pra-paskah ini, seakan  memori imanku  terbangun tatkala memasuki perhentian ke 6. Pada perhentian ke 6 ini, yakni “Veronika Menyapu Wajah Yesus,”  mengingatkanku akan sosok Veronika, seorang wanita Yerusalem yang tegar menerobos para kerumunan algoju yang sedang menyiksa Yesus pada perjalanan menuju Golgota. Veronika tergerak hati untuk mengusapi wajah Yesus yang penuh peluh dan darah dengan sepotong kain. Menurut tradisi, pada kain yang dipakai untuk mengusapi wajah Yesus,  kemudian tercetaklah gambar wajah Yesus. Veronika memperoleh kenangan berharga dari perbuatannya, sepotong gambar  yang menjadi kenangan sejarah, kenangan kolektif umat Kristiani. Nama “Veronika” sendiri merupakan nama Latin dari Berenice, sebuah nama Makedonia, yang artinya adalah “pembawa kemenangan”/ bearer of victory (menurut bahasa Yunani, phere- nike).
Menelusuri perjalanan hidup Ahok dan ditemani isterinya Veronica Tan, sepertinya mereka sedang mengalami “jalan salib kehidupan politis.” Ahok dan Veronica Tan sebagai pengikut Kristus sejati memperlihatkan diri sebagai murid yang sedang mengalami pencobaan di tengah pusaran politik yang tak karuan. Ahok tahu bahwa jalan politik itu terjal dan penuh dengan liku-liku yang terkadang menjebaknya untuk menerima tawaran yang menggiurkan. Tetapi Ahok berani menolak semua godaan berupa kesenangan duniawi. Ketika sebagian besar  anggota DPR RI yang sedang terjerat kasus korupsi E-KTP, Ahok lolos dari jeratan korupsi massal itu dan ini memperlihatkan kredibilitas Ahok yang semasa menjadi anggota DPR RI di komisi II, begitu menentang mega proyek yang membawa skandal ini.  
           

Monday, May 15, 2017

Puntung Rokok Sang Diktator

Perhelatan demokrasi pada Pilkada DKI Jakarta pada putaran kedua, semakin memperlihatkan cara-cara yang memuakkan dari pendukung Paslon tertentu. Cara-cara kampanye yang tidak demokratis ini dilansir oleh salah satu stasiun televisi swasta dan mengemas dalam acara talkshow dengan judul: “Cara Keji Kampanye Pada Pilkada DKI Jakarta.” Mengapa publik melihat bahwa cara kampanye saat ini merupakan cara keji? Beberapa kasus  terutama dalam pemasangan spanduk yang bernada provokatif menimbulkan keresahan di masyarakat. Agama seakan menjadi isu murahan karena agama itu sendiri dipolitisasi demi mencapai target politik, yakni kemenangan. Kampanye “keji” ini memperlihatkan bahwa strategi kampanye yang dipakai oleh salah satu Paslon dirasa tidak mempan untuk mendongkrak  popularitas Paslon tersebut.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh para pendukung Anies-Sandi pada hari-hari terakhir ini memperlihatkan kemunduran dalam berdemokrasi. Berdemokrasi itu sendiri memperlihatkan upaya yang sehat dalam meyakinkan Paslon yang diusung dan membiarkan masyarakat  secara bebas untuk menentukan pilihan pada saat pemungutan suara nanti. Tetapi kenyataan dalam berkampanye, isu mengenai program yang mestinya digadang sebagai “komoditi politik” dalam meyakinkan publik, ternyata kurang diperhatikan atau bahkan program yang ditawarkan menjadi bahan tertawaan karena dirasa kurang logis. Misalnya menyangkut program perumahan, masyarakat diberi kemudahan untuk mengkredit rumah dengan  DP 0  %. Program ini dinilai tidak wajar dan pada beberapa waktu lalu, Gubernur Bank Indonesia angkat bicara soal DP 0 % yang secara prosedural  menyalahi aturan yang sudah ditetapkan. Ada beberapa program lain yang ditawarkan oleh Anies-Sandi, yakni menolak reklamasi. Tentang reklamasi, pada beberapa minggu lalu, ada dua pulau dihentikan setelah adanya putusan dari PTUN. Itu berarti bahwa program penolakan reklamasi yang selama ini didegungkan menjadi sesuatu yang absurd.

Raja Salman dan Ahok

Kunjungan Raja Salman membawa dampak positif terhadap kerajaan Saudi Arabia dan Indonesia. Kunjungan ini juga termasuk sebuah kunjungan istimewa karena selama 47 tahun tidak ada kunjangan raja dari Kerajaan Saudi Arabia ke Indonesia. Raja Salman, dalam usia 81 tahun tetapi masih menyempatkan diri mengunjungi Indonesia dan merupakan kunjungan balasan ketika dua tahun yang lalu, Presiden Jokowi mengunjungi Arab Saudi. Apa yang bisa diharapkan dari kunjungan bersejarah ini?  
Ahok bersalaman dengan Raja Salman
Seperti diberitakan oleh media, bahwa Raja Salman datang ke Indonesia untuk berinvestasi. Ada beberapa program yang sedang dan akan dilakukan oleh pemerintahan Jokowi-JK cukup banyak mendapat dukungan dana. Karenanya insvestasi yang dilakukan oleh Raja Salman pada kunjungan ini seakan memberikan harapan baru bagi Indonesia. Tetapi persoalan investasi, barangkali dilihat sebagai hal yang biasa. Bagi penulis, hal yang lebih menarik adalah kunjungan Raja Arab disambut oleh Presiden Jokowi dan juga Ahok, Gubernur DKI Jakarta. Penulis tertarik melihat sosok Ahok yang kontroversial bahkan menimbulkan kebencian publik, tetapi suasana ini bisa redah, ketika Raja Salman dengan ramah menyalami Ahok.
Memang persoalan menyalami orang kelihatan  biasa dan cuma sekedar berjabatan tangan. Tetapi momentum ini dilihat secara berbeda, melampaui sebuah jarak pandang yang biasa. Jabat tangan antara Ahok dan Raja Salman, merupakan jabat tangan dalam konteks keberbedaan. Bahwa selama ini Ahok dalam kaca mata publik adalah sosok yang nyentrik dan menampilkan perbedaan yang menyolok. Ahok adalah seorang beragama Kristen Protestan dan keturunan Tionghoa. Isu-isu primordial ini menjadi isu sentral yang digunakan oleh para lawan politik untuk menjatuhkannya. Tidak hanya lawan-lawan politik tetapi juga kelompok-kelompok radikal juga menentang kehadiran Ahok  bahkan ingin merobohkan kekuasaannya.

Tuesday, February 21, 2017

SIMBOL-SIMBOL DALAM GEREJA KATOLIK

Apakah IHS itu? Arti dari Nama Yesus Yang Tersuci

3 Januari, Pesta Nama Yesus Yang Tersuci
Pada Forma Ekstraordinary, pesta Nama Yang Tersuci adalah “kelas kedua” (membuatnya menjadi sama dengan hari Minggu sepanjang tahun, lengkap dengan pendarasan Kemuliaan dan Syahadat Aku Percaya), tapi didalam Forma Ordinary peringatan Nama Yang Tersuci bahkan tidak termasuk dalam kalender setelah tahun 1970. Syukur, pesta ini kembali dirayakan sebagai peringatan (memorialoptional oleh Beato Yohanes Paulus II – kita harus berpikir bahwa Nama Ini pantas mendapatkan penghormatan setidaknya seperti ini!

Monday, February 20, 2017

AHOK DAN JALAN SALIB POLITIS

Suasana pagi dengan kabut yang mengelabui wilayah Tangerang, sepertinya menggiring kesadaranku untuk menulis sesuatu sebagai bentuk sumbangan pemikiran dan refleksiku terutama  tentang demokrasi yang terus diuji lewat pesta demokrasi. Demokrasi yang saat ini hidup setelah melewati masa pemerintahan yang otoriter selamat tigapuluh dua tahun. Tetapi apakah demokrasi yang sedang kita bangun itu memperlihatkan wajah demokrasi yang sebenarnya?  Pertanyaan tuyul ini menggelitik ketika melihat geliat pesta pilkada sebagai realisasi demokrasi yang didambakan publik.
Memang, banyak wilayah di negeri ini mengadakan perhelatan akbar dalam pilkada untuk mencari pemimpin yang diharapkan warga. Tetapi dari sekian banyak pilkada, sepertinya pilkada DKI Jakarta menjadi magnet bagi seluruh warga Indonesia. Mengapa di tahun-tahun sebelumnya, pemilihan gubernur DKI Jakarta tidak seheboh saat ini? Menurut penulis, hebohnya pilkada DKI Jakarta saat ini karena calon gubernur yang diusung adalah Ahok yang beragama Kristen dan keturunan Thionghoa. Persoalan agama yang merupakan aspek primordial yang melekat dalam diri seseorang ternyata berpengaruh besar dalam perhelatan politis bahkan terus dipersoalkan.

Thursday, February 16, 2017

ORANG GALILEA (Injil Markus)



Terbanyak ahli Kitab Suci mengakui kedua hal penting berikut yang menyangkut Injil Markus. Pertama, Injil Markus merupakan Injil yang pertama ditulis dan sekaligus menjadi dasar untuk Matius dan Lukas. Dari 678 ayat yang ada dalam Markus, hampir semuanya ada dalam Matius dan lebih dari separuh ada dalam Lukas. Hanya kira-kira 30 ayat yang tidak terdapat, baik dalam Lukas maupun dalam Matius. Ini menunjukkan bahwa Markus adalah Injil yang pertama ditulis. Matius dan Lukas menggunakannya sebagai dasar untuk Injil mereka.
                Satu kenyataan lain lagi, Matius dan Lukas pada umumnya mengikuti susunan kejadian atau peristiwa yang dilaporkan Markus. Kadang-kadang, baik Matius maupun Lukas menyimpang dari susunan Markus; tetapi tentang peristiwa hidup Yesus, keduanya tak pernah bersama-sama menyimpang dari Markus. Salah satu dari keduanya pasti selalu mengikuti Markus; malah lebih sering keduanya sama-sama mengikuti Markus.  
                Kedua, Penyaksian Papias, Uskup Hierapolis-Phrygis Selatan pada awal abad kedua. Papias mengumpulkan banyak informasi tentang Injil-Injil. Ia mengatakan bahwa Injil Markus sebenarnya adalah bahan khotbah Petrus. Selanjutnya Uskup itu mengatakan bahwa Markus adalah “penterjemah Petrus.” Markus dengan teliti mencatat khotbah yang disampaikan Petrus.
             

Monday, February 13, 2017

"BIOGRAFI" ABRAHAM MENURUT KITAB KEJADIAN



Siapakah Abraham ? Bagi orang Yahudi, Abraham adalah bapa leluhur mereka (bdk. Yes 51:2; Mat 3:9; Luk 3:8; Yoh 8:33,39) dan bahkan “bapa termasyhur dari banyak bangsa” (Sir 44:19). Abraham tidak hanya menjadi bapa leluhur Israel, tetapi bapa leluhur Yesus Kristus pula : “Inilah (buku) silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham” (Mat 1:1). Abraham oleh Santo Paulus dikatakan sebagai pendahulu kita dalam iman, bapa semua orang beriman, baik yang tak bersunat maupun yang bersunat (bdk. Rm 4:1-25). Barangsiapa yang hidup dari iman, dia adalah anak Abraham dan akan diberkati bersama dengan Abraham yang beriman itu (Gal 3:7-9).



Dalam Kitab Suci, kisah tentang Abraham terdapat dalam Kitab Kejadian bab 12-25, dengan prolog Kejadian 11:27-32. Berikut ini adalah rangkuman dari kisah Abraham yang terdapat dapat Kitab Kejadian.

INJIL MATIUS (JEMBATAN PENGHUBUNG)

Susunan kitab-kitab Perjanjian Baru dalam naskah-naskah kuno, tidak selalu sama. Sebagai missal, Codex Bezae, satu dari naskah-naskah yang terkenal, menurun susunan Matius, Yohanes, Lukas dan Markus. Tetapi bagaimanapun, dalam semua naskah Perjanjian Baru, Matius selalu mendapat tempat yang pertama. Hal ini bukanlah karena Matius merupakan buku yang pertama ditulis. Sebab beberapa surat Paulus ditulis empat puluh tahun sebelum Injil Matius. Biar begitu, Injil Matius selalu muncul sebagai yang pertama karena Matius merupakan jembatan penghubung Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Matius mempersatukan kedua perjanjian itu. Matius melihat Yesus pemenuhan harapan bangsa Yahudi dan pemenuhan janji Allah kepada umat-Nya.
                Dalam Matius, sebutan Anak Daud untuk Yesus lebih sering dari pada dalam Injil-Injil yang lain, juga kalau ketiga Injil yang lain dikumpul bersama (Mat 1:1; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30.31;21:9.15). Dalam Markus dan Lukas, Yesus tegas-tegas disebut Anak Daud  hanya pada peristiwa penyembuhan orang buta (Mrk 10: 47-48; Luk 18:38-39). Dalam Yohanes, Yesus tak pernah tegas-tegas disebut Anak Daud.
                Supaya tahu persis kekhasan Matius itu, kita harus membaca ceritera keempat penulis Injil tentang Yesus memasuki  Yerusalem (Mat 21: 1-9; Mrk 11:1-10; Luk 19: 28-38; Yoh 12: 12-19). Dari keempat versi ceritera itu, hanya dalam versi Matius, Yesus disebut Anak Daud.
               

Magisterium

Yesus mendekati mereka [kesebelas murid-Nya] dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:18-20)
Magisterium adalah Wewenang Kuasa mengajar Gereja. Dasar Magisterium adalah sebagai berikut :
“Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan alas nama Yesus Kristus” (DV 10). (KGK 85)

TRADISI-TRADISI DALAM GEREJA KATOLIK

SATU – Air Suci

Bila Anda datang ke gedung gereja, hal pertama yang Anda lakukan adalah mencelupkan tangan Anda ke dalam air suci dan membuat tanda salib. Mengapa Anda melakukan itu? Nah, inilah tiga alasannya:
  1. demi pertobatan terhadap dosa-dosamu;
  2. untuk perlindungan terhadap yang Jahat;
  3. untuk mengingatkan Anda tentang pembaptisan.
Penjelasan
  1. Air suci mengingatkan kita untuk menyesali dosa-dosa kita. Ketika ada ritual pemercikan dalam liturgi, kita selalu menyanyikan Asperges, yang berarti “Anda akan diperciki atau dicuci“. Asperges me hysoppo et mundabor; lavabis me et super nivem dealbabor. Ini adalah kata-kata dari Mazmur pertobatan besar, Mazmur 50: Engkau akan mereciki aku dengan hisop dan aku akan dibersihkan: Engkau akan mencuci aku, dan aku akan menjadi lebih putih dari salju.
  2. Air suci adalah sakramental yang merupakan perlindungan terhadap perangkap setan. Doa lama untuk pemberkatan air suci mengatakan: Ya Allah, pencipta dengan kekuasaan tak terkalahkan, Raja kerajaan tak terkalahkan dan pemenang sungguh agung: yang mengalahkan kekuasaan musuh dan menaklukkan kemarahan amukan musuh, yang memerangi dengan kuasa melawan musuh jahat kami: dengan gentar kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, kami mohon dan meminta kepada-Mu: dengan belas kasih lihatlah air dan garam ini, dengan murah hati terangilah ini, menguduskannya dengan embun cinta kasih-Mu, sehingga dimanapun itu ditaburkan, melalui penyeruan Nama-Mu yang kudus, setiap perwujudan roh jahat diusir, dan teror dari ular beracun dijauhkan. Dan semoga kehadiran Roh Kudus selalu bersama kami, kami yang memohon belas kasihan-Mu.
  3. Air suci mengingatkan kita tentang janji pembaptisan kita untuk : menolak Setan, mengakui iman dalam Kristus, dan telah dibaptis dalam misteri Tritunggal Kudus. Pada saat itu, semua dosa kita telah diampuni: dosa asal dan aktual, dan kita menjadi anak-anak Allah, filii in Filio, ahli waris dari janji Allah, dan sekarang berani memanggil Allah sebagai Bapa kita.

Friday, February 3, 2017

BAPAK STANISLAUS LEWOTOBY

Acara perpisahan pak Stanis dengan Bapak Basyari Syam (Kepala Kanwil)





“Setiap hari kita harus membuat titik-titik kebaikan.”  Kata-kata ini merupakan kata kunci bagi seorang Stanislaus Lewotoby selama menjabat sebagai Pembimbing Masyarakat Katolik (Pembimas Katolik) pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten. Pria berdarah Ambon dan Flores  ini selama kurang lebih 9 tahun mengabdi sebagai Pembimas di Banten. Banyak suka dan duka dialaminya ketika  menjabat sebagai Pembimas.

Jabatan yang diemban selama ini berakhir juga seiring dengan masa pension, terhitung mulai 1 Februari 2017. Menjelang pension, para staf, guru dan penyuluh berkumpul bersama di Kantor Bimas Katolik, Senin 30 Januari 2017 untuk mendengar pamitan terakhir sebelum memasuki masa pension. Ada banyak kesan dan pesan yang disampaikan oleh semua staf, guru dan penyuluh berkaitan dengan masa kepemimpinannya. Selamat memasuki masa pension, dan terima kasih untuk semua jasa baikmu.***(Valery Kopong)

Wednesday, January 11, 2017

ELEGI MALAM PISAH



Setiap  hari, sepertinya penanggalan bergerak maju dan pada akhirnya menemukan titik puncak, akhir tahun.  Semua mata tertuju pada kalender  bisu yang terus melekat pada dinding-dinding kumal. Pada tanggal terakhir di bulan Desember ini, kalender  2016 perlahan diturunkan  dan siap diganti dengan kalender yang baru, 2017.  Tetapi sebelum mengakhiri tahun 2016, setiap kita sepertinya  ingin memaknai tahun ini sebagai momentum penting untuk merefleksikan diri dan mengenang setiap kejadian yang telah kita lalui. Berapa langkah dan jejak kaki, kita torehkan dalam sejarah perjalanan hidup kita terutama mengisi hari-hari hidup di tahun 2016 ini?  Jika itu pengalaman menarik maka keinginan kuat bagi kita untuk mengulangi pengalaman yang sama. Tetapi jika sebaliknya, pengalaman yang kita alami adalah pengalaman yang  tidak mengenakan bagi kita, maka pelan tetapi pasti, kita  akan berusaha untuk melupakan pengalaman itu, sambil berharap bahwa  di tahun baru, 2017 itu akan lebih baik.
           

Thursday, January 5, 2017

KANVAS RAHIM

wajah kedua orang tuaku
Merayakan  ulang  tahun, ibarat membuka lembaran kehidupan baru. Dalam lembaran kehidupan itu, sang yubilaris terus menggores  sejarah dan mengingat kenangan masa lampau, terutama  orang tua dan tempat kelahiranku. Pada rentang keheningan saat ini, kubuka lagi puisi yang pernah aku tulis, persis pada waktu merayakan ulang tahunku.  Puisi yang pernah kutulis itu mewakili jeritan kerinduan seorang “aku” yang mesti ada karena “adanya aku-ku yang  lain.”

TANGGAL LAHIR
MELUKIS DIRI
PADA KANVAS RAHIM
IBUNDA
               

Wednesday, December 21, 2016

KALENDER LUSUH DI AKHIR TAHUN



Kalender  yang lusuh itu masih tergantung pada dinding rumahku. Tetapi pada tepian tahun 2016 ini, kalender itu sepertinya    harus berakhir seiring berlalunya waktu. Waktu terus berputar dan kita pun turut terlibat dalam putaran waktu. Dalam detak waktu yang berjalan tanpa kendali manusia, menimbulkan pertanyaan bagi kita. Sudah berapa langkah kaki ini memberikan bekas pada tanah yang dipajaki dan berapa kali tanganku ini berbuat kebaikan di bawah kendali waktu? Di bawah terik matahari, kita terus bekerja, entah sampai berapa lama. Untuk apa kita bekerja? Atau meminjam bahasa biblis Sang Pengkhotbah, untuk apa kita harus berjerih lelah di bawah terik matahari? Sungai-sungai terus mengalir ke laut tetapi laut tidak juga menjadi penuh.

Thursday, November 3, 2016

ORANG-ORANG KALAH



Beberapa waktu yang lalu, saya menerima sebuah pesan singkat dari seorang teman yang memberitakan  pada saya mengenai judul bukunya yang mau diterbitkan di Yogyakarta. Judul bukunya  “Orang-orang Kalah.”  Saya lalu bertanya, kira-kira apa isi dari  buku yang diberi judul orang-orang kalah? Dia lalu memberikan jawaban bahwa bukunya itu menceritakan tentang  seluruh pewartaan dan pengorbanan Yesus yang selalu  mengendepankan diri sebagai orang  yang mengalah pada situasi, demi sebuah nilai yang lebih tinggi. Ketika kehadiran Yesus sebagai  Mesias (penyelamat dunia)  di dunia, Ia ditolak oleh orang-orang Israel  karena  konsep kemesiasan orang Israel adalah  seorang pemimpin yang tampil dengan gagah perkasa dan bisa menumpas  para penjajah agar  mereka terhindar dari tekanan kolonial.
                  Walaupun tidak bersalah tetapi Yesus diadili dan dijatuhi hukuman mati.  Yesus  tidak membela diri, Yesus tidak mencari pengacara kondang untuk membela agar terhindar tuduhan itu tetapi  apa yang dilakukan terhadapnya, diterima dengan tangan terbuka. Di sini kita melihat ketakberdayaan Yesus  di hadapan hukum duniawi  dan orang-orang yang memiliki kekuasaan. Sikap seperti  ini ditunjukkan oleh Yesus kepada kita, tidak lewat kata-kata tetapi lewat perbuatan. Ia telah menunjukkan kepada kita sebuah jalan salib kehidupan, jalan penuh liku dan tantangan.
Bahwa cinta kasih yang diwartakan oleh Yesus adalah cinta total, cinta paripurna yang Ia tunjukkan pada saat ketika berhadapan dengan kayu salib. Salib dipikul  pada sebuah jalan panjang, dari rumah Pilatus menuju puncak Golgota, semestinya Ia mengajak kita untuk menengadah sambil melihat kesempurnaan cinta yang mendekati keselamatan.    Pada puncak bukit Golgota, tempat Yesus disalibkan, dari ketinggian bukit itu Ia membuka mata kita untuk melihat  betapa penderitaan yang dialami oleh manusia yang mesti ditanggung dalam Dia. 
               

Tuesday, October 11, 2016

MENCARI SOLUSI UNTUK GEREJA SANTA BERNADETH-CILEDUG

Persoalan mengenai Gereja Paroki Santa Bernadeth-Ciledug-Kota Tangerang sepertinya tak pernah selesai. Sejak berdiri menjadi sebuah paroki mandiri, terhitung tanggal 11 Februari 1990, banyak mengalami hambatan dalam mendirikan gereja.  Karena belum mendapatkan IMB maka umat paroki Santa Bernadeth  menggunakan beberapa tempat untuk mengadakan ekaristi terutama pada hari minggu. Persoalan mencuat ketika umat paroki tidak diijinkan lagi mengadakan Ekaristi yang selama itu menggunakan aula sekolah Sang Timur. Banyak penolakan terjadi dan bahkan Gus Dur waktu itu hadir bersama umat paroki untuk menyelesaikan masalah ini pun diusir.
            Umat sepertinya tidak berhenti untuk mencari lokasi untuk mendirikan gereja paroki. Setelah duapuluhan tahun berjuang, gereja paroki akhirnya mendapat IMB dari wali kota Tangerang, Wahidin Halim. IMB Gereja Santa Bernadeth yang dikeluarkan oleh Wali kota Tangerang tertanggal 22 Agustus 2013, sepertinya tidak membawa kegembiraan. Banyak pihak berusaha untuk menjegal bahkan menuntut untuk dicabutnya IMB ini dengan alasan sederhana, bahwa keberadaan gereja mengganggu warga sekitar. Apakah lokasi gereja yang letaknya di gerbang perumahan Graha Raya mengganggu warga sekitar? Kalau melihat lokasi yang berada di pinggir jalan perumahan dan tidak mengganggu orang lain. Informasi yang didapat adalah ada kesalahan prosedur terutama mengenai KTP warga tetapi setelah dilengkapi,  juga terus dipersoalkan.
            Karena desakan dan penuntutan pencabutan IMB ini maka proses penyelesaian masalah ini ditempuh melalui jalur hukum. Persoalan ini diselesaikan melalui PTUN Serang dan pihak gereja Santa Bernadeth  dinyatakan kalah. Keputusan ini dikeluarkan pada tanggal 11 Desember 2014, No.31 G/2014PTUN SRG. Dengan keputusan yang mengalahkan pihak gereja ini maka mendorong pihak gereja untuk naik banding ke PTUN Jakarta. Walaupun sudah naik banding tetapi kekalahan tetap didapatkan oleh pihak gereja. Keputusan PTUN Jakarta yang menyatakan kekalahan gereja, tertanggal 8 Mei 2015, No.49 B/2015 PTUN JKT.
           

Wednesday, August 31, 2016

BERSAKSI TENTANG “RASA”

         
Ji-Pong,  merek  sambel botol itu. Aku memesan dua botol dari Yogyakarta. Beberapa hari aku menunggu kedatangan sambel itu dan memikirkan, seperti apa rasanya ketika lidah ini menyicipinya? Sore itu, ketika aku pulang kerja, melihat sebuah kemasan di atas meja dalam rumahku. Sepertinya aku tidak sabaran lagi untuk menyicipi sambel buatan Laurentina Linuwih bersama suaminya. Di kota gudeg itu, pasangan ini dengan tekun dan setia meracik bumbu-bumbu untuk menjadi sambel yang bernilai rasa tinggi.
            Mengapa rasa yang selalu ditonjolkan saat berhadapan dengan semua makanan yang dimakan, termasuk sambel? Ya, hanya rasa yang memberikan kelekatan dan kedekatan dengan peramu dan pembuat makanan ataupun  sambel. Sambel menjadi penyedap rasa dan memanjakan lidah untuk terus bergoyang   kalau sambel itu enak rasanya dan juga tak lupa menawarkan rasa pedas.
            Ji-pong, semenjak aku memesannya, selalu hadir menemani lidahku saat makan. Walaupun makanan lain terasa kurang enak tetapi karena Ji-Pong, sambel pilihanku itu maka semua makanan menjadi terasa nikmat. Sambel Ji-Pong, sepertinya menawarkan kenikmatan tersendiri saat makan karena itu kehadiran Ji-Pong memberi rasa pada lidahku dan juga memberikan semangat pada selera makanku. Rasanya enak dan pedas sehingga berkali-kali terpaksa  aku berkerut dahi menahan pedasnya Ji-Pong.  
Spesial Sambel Kecap JI Pong, pedasnya Linuwih, level pedas
1. Pedas
2. Super Pedas
3. Super Duper Pedas
4. Super Duper Double Pedas
5. Super Duper Triple Pedas
Tersedia juga
1.Sambel Trasi
2. Sambel Bawang
Tanpa MSG, tanpa pengental,
tanpa pengawet...

            Untuk menambah gairah makan Anda, maka hadirkanlah Ji-Pong sebagai peneman utama untuk memberi rasa pada lidah Anda. Tak lupa pula, bagi yang berminat, silakan hubungi dan pesanlah pada sang empunya peramu. Harga terjangkau, rasa tertambat.  (Valery Kopong)

Friday, August 26, 2016

PELATIHAN JURNALISTIK



Pelatihan jurnalistik, Jumat 26 Agustus 2016 di SMA Tarsisius Vireta . Hadir juga Karin, penulis novel  "Angel in me" 

Monday, August 8, 2016

MENITI JALAN PULANG (Elegi bersama motorku, REVO)

Jumat  siang itu, tepatnya  tanggal 5 Agustus 2016. Aku melepaspergikan motor kesayanganku.  Sudah  sembilan  tahun, aku menungganginya dan  tak pernah mengeluh ketika menggunakannya ke tempat  kerja dan tempat-tempat lain.  Ibarat melepaskan seorang anggota keluarga untuk bepergian jauh dan pasti ada rasa yang kurang yang muncul dalam diri orang-orang yang melepaskannya.  Demikian juga dengan motor kesayanganku, sudah sembilan tahun hidup dan  ada bersamaku, terpaksa aku melepaskannya untuk dikirim ke kampung halamanku, Gelong-Adonara Timur-Flores Timur.

            Aku coba untuk mengambil kamera dan memotretnya, supaya aku memiliki sebuah dokumentasi tentangnya, tentang REVO yang berplat B 6506 NSA. Walau aku harus merelakannya ke kampung halamanku, tetapi kenangan yang terdokumentasi seakan membuka memori kehidupanku pada sembilan tahun silam ketika aku dengan susah payah memilikinya. REVO, motorku seakan tahu tentang perjalanan hidupku yang merangkak dari bawah dan perlahan menanjak. Ia mengerti suka duka hidupku dalam menerjang gemuruh knalpot dan riuh-redahnya mesin-mesin di kota  metropolitan.

            REVO, kini dalam perjalanan bersama kantor Pos menuju Surabaya dan masih harus melanjutkan perjalanan dari Surabaya menuju Adonara dengan menumpang kapal barang. Sebuah perjalanan melelahkan tetapi harus dijalani demi mencapai lewo tanahku tercinta, Gelong-Adonara.  Sembilan tahun, REVO menemaniku menelusuri lorong-lorong kota yang riuh tetapi perjalananmu pulang ke kampung merupakan sebuah perjalanan pulang, perjalanan sunyi. Kiranya REVO menemukan tempat baru dan mendapat energi baru di tempat yang sunyi, lewo tanahku tercinta Gelong yang jauh dari sentuhan sinyal.***(Valery Kopong).

Monday, August 1, 2016

MERINTIS ‘JALAN MISKIN’

Oleh: Valery Kopong*
Malam semakin larut dan keheningan perlahan turun mencium bumi Pasar Kemis-Tangerang-Banten. Tepat pukul 21.30 malam, kami tiba di rumah sang pengacara itu, setelah lama menunggunya karena baru tiba dari luar kota. Memang, kesibukan telah melingkupi kehidupan pria berdarah Batak itu. Di selah-selah kesibukan dan boleh dikatakan bahwa hampir tidak ada waktu senggang baginya, tetapi ia masih menyempatkan diri  menerima kami untuk mewawancarainya.
                “Selamat malam,” sapa Pak Johnson Panjaitan S.H, kepada kami yang bertandang ke rumahnya.   wawancara kami dengannya, sepertinya berlangsung secara alamiah dan non formal. Kami diterima dalam suasana kekeluargaan dan langsung diajak untuk mengambil bagian pada santap malam.  Sambil menikmati hidangan yang telah disediakan keluarga Pak Johnson, obrolan pun terus mengalir. Pertama-tama ia menyatakan keprihatinan terhadap situasi negara yang sedang carut-marut. “Tidak lama lagi harga barang-barang kebutuhan mulai naik disertai dengan kenaikan BBM. Memang, tahun 2011 merupakan tahun keprihatinan bersama atas seluruh situasi yang terjadi di negeri ini,” keluh Pak Johnson.  
                Sering sekali wajah Pak Johnson Panjaitan tampil di televisi. Tetapi siapakah dia yang begitu berani menyuarakan keprihatinan masyarakat, terutama dalam bidang hukum? Pak Johnson adalah seorang Sekjen Asosiasi Advokat Indonesia. Sebagai seorang pengacara, ia dikenal akrab dengan permasalahan yang bersinggungan langsung dengan hukum. Menjadi pengacara bukanlah cita-citanya. Cita-cita awal Pak Johnson adalah mau menjadi Jaksa Agung. Tetapi kenyataan berbicara lain, ia bahkan lebih membaurkan hidupnya dalam pusaran persoalan yang dihadapi oleh bangsa ini. Selain sebagai Sekjen Asosiasi Advokat Indonesia, ia juga sebagai penasihat hukum “Indonesia Police wacth” (Lembaga Pengamat Polri), sebuah LSM yang memantau seluruh gerak perjalanan Polri sekaligus memberikan kritik terhadap lembaga yang mempunyai peran strategis ini.     

Friday, July 29, 2016

KEMANUSIAAN KITA TERKOYAK

Ketika berdoa bersama para narapidana di Lapas wanita-Kota Tangerang  pada  Kamis, 27 Juli 2016, sepertinya kami semua tertawan oleh sebuah situasi yang mengharuskan kami untuk larut dalam doa. Ada isak tangis  saat sedang berdoa bersama.  Sepertinya di depan kami sudah ada mayat, padahal waktu eksekusi direncanakan pada pkl.00.  Para narapidana mengenangkan kembali hari-hari kebersamaan dengan Maria Utami yang juga menjadi salah satu terpidana mati yang siap ditembak di hadapan regu penembak.  
MARIA UTAMI, salah satu narapidana yang tertunda eksekusinya
Pkl. 14.00 siang itu kami memanjatkan 5 peristiwa Rosario (khusunya peristiwa terang) dan tepat pkl. 15.00 kami selesai doa Rosario dan dilanjutkan doa koronka. Dalam hening doa yang panjang, ada satu harapan yang muncul adalah “mudah-mudahan” mukjizat terjadi dan penundaan eksekusi mati, terutama terhadap Maria Utami. Selepas doa sore, para narapidana juga mengumpulkan kekuatan baru untuk terus berdoa menanti pelaksanaan eksekusi mati.

Wednesday, July 13, 2016

MISIONARIS SVD TERTAWAN

KABAR miris baru saja dikirim oleh Andreas Kristiadi ke meja Redaksi Sesawi.Net, hari Selasa siang tanggal 12 Juli 2016 ini. Alumnus Seminari Menengah Stella Maris Keuskupan Bogor ini mengabarkan, teman angkatan alumni Seminari Menengah Stella Maris Keuskupan Bogor yakni Pastor Clemencius Rommy Suriroja SVD kini tengah terjebak di zona perang  Sudan Selatan dimana ia telah menjadi misionaris selama beberapa tahun terakhir ini.
“Mohon doanya bagi teman angkatan kami alumni Seminari Stella Maris Bogor yakni Pater Clementinus Rommy Suriroja SVD yang sedang mengungsi dengan umat parokinya di Sudan Selatan. Itu terjadi,  karena sejak hari Senin kemarin, para pemberontak bersenjata telah berhasil menguasai kawasan di tempat dimana Pater Rommy berkarya melakukan karya misionernya,” demikian tulis Andreas kepada Sesawi.Net hari Selasa menjelang petang hari.
“Semoga Tuhan Yesus dan Bunda Maria selalu melindungi beliau, para rekan pastor misionaris dan umat paroki di Sudan Selatan,” lanjut Andreas dalam pesan pendeknya kepada Redaksi.
Masih mencekam
Dalam sebuah rekaman pendek di jalur WA, Romo Rommy pun mengisahkan suasana yang masih mencekam meliputi hati semua umat parokinya yang tengah mengungsi ke tempat yang dirasa lebih aman.
“Gimana sikon di sana?,” tanya Andreas.
“Masih mencekam,” jawab Romo Rommy.
“Dimana posisi? Update kabar ya,” pinta Andreas.
“Kami masih berada di paroki bersama umat. Kami tidak bisa keluar kemana-mana, karena semua akses menuju areal terbuka sudah ditutup oleh kaum pemberontak,” demikian Romo Rommy memberikan news update kepada Andreas yang kemudian diteruskan kepada Redaksi.

Friday, July 1, 2016

VPI dan FMKI gelar seminar mencari pemimpin tepat DKI Jakarta

Untuk memberi sumbangan pemikiran kepada masyarakat bagaimana mengukur dan menentukan pemimpin DKI Jakarta yang betul-betul tepat sesuai dengan kebutuhan warga DKI Jakarta, Vox Point Indonesia (VPI) bekerjasama dengan Forum Masyarakat Katolik Indonesia Keuskupan Agung Jakarta (FMKI-KAJ) menyelenggarakan seminar di Aula Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B, Jakarta Selatan, Sabtu (25/6).
VPI dan FMKI gelar seminar mencari pemimpin tepat DKI Jakarta thumbnailSeminar bertajuk “Mencari Pemimpin Tepat Untuk DKI Jakarta” ini menghadirkan beberapa narasumber yaitu Johny G Plate (Fraksi NasDem DPR RI), Rufinus Hutauruk (Fraksi Hanura DPR RI), Fandy Utomo (Fraksi Demokrat DPR RI), dan Arya Fernandez (Peneliti Politik CSIS).
Selain menghadirkan narasumber, Beritasatu.com melansirkan bahwa seminar ini juga mendatangkan beberapa tokoh sebagai penanggap, termasuk Romo Benny Susetyo, Haposan Batubara (DPP Gerindra), Richard Saerang (Teman Ahok), Lukas Sutjiadi (Vox Point Indonesia), Andreas Susetyo (Fraksi PDIP DPR RI), serta beberapa tokoh lain.

Thursday, June 30, 2016

PESAN DOROTHY LAW NOLTE : BAGAIMANA CARA MENDIDIK ANAK

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran

Tuesday, June 28, 2016

MEMBANGUN NIAT

Sabtu, 26 September 2015 seluruh siswa/i SMP Maria Mediatrix  mengadakan rekoleksi.  Pagi ini mereka datang dengan hanya berbekal nasihat orang tua dan semangat yang ada di dalam diri mereka. Rekoleksi yang diadakan bisa menambah iman dan menimbah kekuatan kembali setelah  lelah mengikuti rutinitas sebagai seorang pelajar. Lewat rekoleksi, para peserta mendapat pencerahan hati dan budi. Pelaksanaan rekoleksi diawali dengan renungan dan ibadat pagi singkat. Ibadat ini dipimpin oleh Bapak Agustinus Sariman. Dalam renungan singkat, beliau  berpesan bahwa setiap siswa/i bisa memetik buah-buah kebaikan dari hasil rekoleksi ini dan diharapkan bisa merubah perangai menjadi lebih baik.
Setelah renungan singkat yang mengawali rekoleksi ini, dilanjutkan dengan sesi I dengan tema: “Aku Secitra Dengan Allah.” Pada sesi I ini dibawakan oleh Bapak Wilibrordus Subanpulo yang mengemukakan bahwa kita telah memberi warna dalam hidup ini dengan memperlihatkan warna kulit yang berbeda, hidung, mata dan bentuk tubuh lainnya. Kita merupakan gambaran Allah dan ciptaan Allah yang paling kudus karena setiap kita manusia dikaruniai hati nurani, akal budi dan kehendak bebas dalam merawat dan menumbuh-kembangkan dunia dan lingkungan masyarakat di sekitar kita. Sesi ini selesai dan dilanjutkan  dengan coffee break.
Pada sesi II ini dipimpin oleh Bapak Innocentius Tharob dengan mengusung tema: “Aku dan lingkungan Sekitarku.” Dalam sesi ini Bapak Innocentius Tharob menekankan bahwa untuk memiliki rasa solidaritas dan rasa kerja sama yang sangat erat  dan hal ini menggambarkan  relasi aku dengan  “aku-ku” (baca:sesame)   yang lain. Dalam hal ini Pak Inno menekankan agar kita membangun rasa memiliki dan  rasa peduli yang tinggi terhadap sesama. Solidaritas dan kerja sama adalah kunci untuk meraih kesuksesan bersama dengan menjauhkan keegoisan dan perpecahan akibat pendapat yang berbeda.

Pada sesi III dipimpin oleh Bapak Imronius Ginting. Tema yang ditawarkan pada sesi III ini adalah “Membangun Niat.”  Pada sesi ini Bapak Ginting menekankan pentingnya membangun niat pribadi. Masing-masing peserta juga diminta untuk menuliskan niat masing-masing. Niat yang telah ditulis tidak hanya berhenti pada tulisan itu tetapi diharapkan agar niat yang telah ditulis harus benar-benar diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. Niat yang ditulis itu, menurut Bapak Ginting menjadi bekal berharga untuk dibawa pulang dan diwujudnyatakan dalam kehidupan pribadi.*** (Phenta)          

Friday, June 24, 2016

Dia Dulu Datang Nangis Istrinya Meninggal Butuh Bantuan, Eh Sekarang Kelakuannya Begini!

CeritaNews.com - Pendiri Teman Ahok merasa sakit hati saat melihat adanya konferensi pers yang dilakukan eks Teman Ahok. Apalagi ketika melihat Richard Sukarno menjadi yang paling vokal dalam acara tersebut.

Juru Bicara Teman Ahok, Singgih Widiyastomo mengungkapkan, Richard sudah dikeluarkan dari Teman Ahok sejak Februari 2016.

Singgih menyampaikan, Teman Ahok pernah menolong Richard saat butuh pertolongan. Saat itu, tiba-tiba saja Richard mendatangi markas Teman Ahok dengan wajah berurai air mata dan meronta-ronta meminta tolong.

"Beliau pernah kita tolong, dia datang ke kami dengan nangis-nangis bahwa disitu istrinya meninggal dan butuh bantuan. Saat itu beliau kita tolong, tapi sekarang ternyata kami ditusuk dari belakang," ungkap Singgih dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (23/6/2016).

Tidak hanya Singgih dan empat inisiator lain yang kecewa, beberapa relawan lain di berbagai wilayah juga menumpahkan kekecewaannya di grup Whatsapp. Mereka menilai apa yang dilakukan Richard Cs sungguh suatu perbuatan kurang kerjaan.