(Catatan
Untuk Calon Gubernur NTT)
Oleh:
Valery Kopong
Membaca peta perpolitikkan Nusa Tenggara
Timur, tidak lebih sebagai perhelatan para elite politik dan masyarakat sekedar
sebagai penonton pasif. Situasi ini agak kontradiktif dengan proses Pilkada DKI
Jakarta di mana partisipasi publik sangat terasa karena warganya telah paham
tentang politik dan lebih dari itu ingin mempertahankan gubernur yang telah
berhasil mengedepankan program pro-rakyat. Memang bagi masyarakat awam,
berbicara tentang politik itu merupakan sesuatu yang menjenuhkan karena
masyarakat telah memprediksi “goal kekuasaan” yang ingin direbut. Itu berarti bahwa proses pertarungan politik
didesain sebagai upaya untuk meraih kekuasaan dengan cara apapun dan cara ini telah mengangkangi makna
esensial dari politik itu sendiri. Apa itu politik? Pertanyaan ini sederhana,
tetapi memiliki kedalaman makna. Ketika makna politik ditempatkan dalam konteks
perhelatan pemilihan kepala daerah maka yang muncul dalam ingatan publik bahwa
politik itu tidak lain adalah jurus jitu membangun strategi dan mematahkan
lawan. Namun di mata orang kampung, politik itu sama dengan seni menipu orang
lain.