Beberapa teman selalu menanyai saya setiap hari dan sekaligus menagih ke saya. Mana tulisanmu hari ini? Setelah melihat pertanyaan dari teman melalui WA ini maka segera saya mengirimkannya karena seluruh tulisanku dipublikasikan pada website www.adonaranews.com. Website ini merupakan peralihan dari blog pribadi yang telah saya gunakan selama belasan tahun. Pada tahun kemarin, saya membeli domain untuk kemudian beralih ke website. Mengapa saya menggunakan blog dan kemudian beralih ke website untuk mempublikasikan tulisan? Jawaban sederhana, yakni seluruh tulisanku terdokumentasi secara baik dan apabila orang lain membutuhkan tulisanku, mereka bisa cari di mesin google dan mendapatkannya. Menulis bagi saya merupakan sebuah ritual yang memberikan spirit baru dalam menuangkan gagasan-gagasan saya. Menulis juga merupakan proses untuk menyiapkan tulisan yang baik dan menyebarkan ke segala penjuru dunia.
Tujuan menulis yang selama ini saya pahami, sangatlah sederhana. Menggali ide atau gagasan dan kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan yang digarap selama ini bisa berbentuk opini dan feature. Tulisan feature lebih saya gandrungi karena selain memberikan tantangan tersendiri dalam proses penulisan tetapi lebih dari itu, feature merupakan tulisan yang mampu menyatukan fakta, subyektivitas dan narasi dengan menggunakan kalimat indah yang memukau.
Membaca tulisan-tulisan terdahulu, menggiring kesadaran kita memahami sebuah peristiwa yang telah terjadi. Peristiwa yang telah terjadi itu, dinarasikan kembali oleh penulis dan seakan memberi “nyawa” pada peristiwa itu dengan kekuatan pada kata-kata. Ketika melihat beberapa sejarah perjalanan hidup dan peradaban manusia, kita bisa dapatkan melalui tulisan-tulisan. Hanya melalui tulisan itu, sebuah fakta terungkap dan dengannya orang akan mengetahui sebuah peristiwa yang sebenarnya. Bisa dibayangkan, andaikata manusia belum mengenal tulisan maka kita tak pernah terpikirkan tentang sesuatu dan memahami sebuah peristiwa secara mendalam. Kita bersyukur bahwa manusia sudah bisa mengenal aksara dan bisa menuliskan peristiwa-peristiwa hidup manusia agar bisa menjadi bahan referensi bagi kita untuk mengetahui tentang sebuah kejadian, baik peristiwa yang terjadi pada hari ini maupun yang sudah terjadi pada masa lampau. Karena itu tulisan itu tidak pernah mengenal masa kedaluwarsa, melainkan selalu menyegarkan ingatan kita saat kita membaca tulisan itu.
Saya sendiri tertarik dengan tulisan-tulisan yang ada dalam kitab suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Melihat kitab suci, bagi saya adalah melihat sebuah peradaban manusia yang semakin berkembang, terutama dalam bidang menulis. Kalau kita melihat proses terbentuknya kitab suci, para penulis menuangkan tulisan-tulisan mereka pada kulit hewan (perkamen) dan pada akhirnya ketika ditemukan gelagah papyrus sebagai bahan baku membuat kertas maka pada saat itu, manusia mulai beralih untuk menggunakan kertas sebagai media untuk menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Terkadang saya membayangkan, andaikata tidak ada kitab suci yang merupakan kumpulan tulisan-tulisan maka kita pun pasti tidak mengenal secara mendalam tentang siapa itu Yesus dan peran para nabi pada masa lampau.
Tulisan memiliki nilai sejarah dan tulisan berperan penting dalam proses pembentukan iman seseorang. Iman tidak hanya tumbuh dan berkembang dari doa-doa saja tetapi sangat didukung oleh pemahaman yang baik akan pribadi Kristus yang kita pahami dari Injil yang ditulis oleh para penginjil. Tulisan-tulisan yang ada dalam kitab suci memiliki energi yang sangat kuat karena rangkaian tulisan itu dibangun atas ilham Roh Kudus. Manusia menulis kitab suci tetapi mendapatkan penerangan dari Roh Kudus. Roh Kuduslah yang menuntun dan mengarahkan para penulis kitab suci.
Karena para penulis kitas suci dituntun oleh Roh Kudus maka hasil tulisan (kitab suci) memberikan ilham dan membawa pencerahan iman bagi orang-orang yang membacanya. Roh Kudus selalu menuntun para penulis kitab suci selama melakukan proses penulisan, karena itu hasil yang dicapai sejalan dengan iman kristiani. Kita tahu bahwa ada juga tersebar injil yang disebut apokrip karena tidak sesuai dengan iman kekristenan dan tidak diakui oleh gereja. Menulis, tidak sekedar menulis tetapi menulis dengan berpihak pada kebenaran maka nilai tulisannya tetap dihargai dan diakui oleh sejarah.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment