Pada saat saya KKN ( TOP ) di Mazenod Colledge Lesmurdie, Perth, West Australia, saya pernah melambung antrian makan malam bersama anak anak asrama. Kemudian, salah satu anak asrama itu bilang," Would you go back to the line ." Akhirnya, pelan-pelan saya kembali pada baris antrian. Ternyata di sana ada sebuah tulisan " STAND IN LINE"
Kita menemukan banyak anjuran, peraturan, hukum, tradisi maupun nasihat yang baik untuk kehidupan kita. " Jagalah kebersihan dan kesehatan !." " Pakailah masker! " Cucilah tangan! " . "Jagalah jarak ! " . Semuanya itu ngak ada artinya kalau tidak direalisasikan dalam praktek hidup kita. Artinya, rangkaian kata-kata yang indah dan bijak, ngak ada artinya kalau tidak diwujudkan dalam realitas kehidupan kita.
Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Yesus bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya.Bagi Yesus, Hukum Taurat tidak memiliki arti apa-apa, jika hanya dipandang sebagai peraturan keagamaan semata. Yesus menggarisbawahi bahwa yang terpenting bukan soal menjaga kemurnian ajaran Taurat, tetapi bagaimana Taurat ini dijalani dan dihayati dalam hidup sehari-hari. Taurat akan bermakna ketika perilaku dan sikap hidup benar-benar dijiwai olehnya.
Dengan demikian, Taurat menjadi inspirasi yang menuntun orang kepada kebaikan dan menjadi sumber moral dalam bertindak dan berbuat apa pun dalam hidupnya. Orang yang demikian, menurut Yesus, akan menduduki tempat tertinggi dalam Kerajaan Surga.
Marilah kita menjadi pelaku firman, sehingga kita menghidupi firman Tuhan itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Kitab Suci bukan lagi hanya menjadi rangkaian kata-kata yang bijak dan manis, tetapi bermakna dan nyata dalam realitas kehidupan kita.
( Inspirasi : Injil Matius 12 : 17-19, 10 Juni, Suhardi )
0 komentar:
Post a Comment