Saya pernah mendengarkan cerita dari seorang ibu, yang menceritakan keluh kesah dan perjuangannya dalam menghadapi pergumulan perkawinannya. Dia merasa bahwa sudah tidak mampu lagi untuk mempertahankan hidup perkawinannya. "Lebih baik berpisah,sehingga beban pergumulanku akan terasa ringan," katanya. Setelah dia mengeluarkan segala pergumulan dan perju
angan perkawinannya, lalu saya bilang padanya. "Bila ibu mampu memberi maaf dan memberi pengampunan kepada pasangan ibu, ibu adalah seorang isteri yang sangat luar biasa. Ibu mempunyai iman yang sangat mendalam, jika ibu menerima pasangan ibu kembali." Beberapa bulan berikutnya, saya melihat ibu itu telah pulang kembali ke rumah
nya dan kembali bersama sama dengan pasanganya sampai sekarang dan nampak bahagia hidup bersama pasangannya dan anak- anaknya. Ternyata, dia telah mampu menjaga kemurnian dan keutuhan perkawinannya.
Setiap pasangan perkawinan pasti mempunyai problem kehidupan berumah tangga, entah problem ringan, sedang maupun berat yang bisa membawa perpisahan bahtera hidup keluarganya. Hidup perkawinan saat ini diperhadapkan dalam berbagai macam tantangan perkawinan: sikap dan tindakan materialistis, hedonistis, konsumeristis, unitaris, individualistis, ketidaksetiaan, mengejar karier, dan lain-lain, tetapi sungguh luar biasa dan pantas diberi acungan dua empol, ketika mereka mampu menjaga kemurnian dan keutuhan perkawinannya.
Bacaan Injil pada hari ini memberi pesan keras tentang menjaga kemurnian hati dan keutuhan perkawinan. Karena itu Gereja Katolik mengajarkan tentang sifat perkawinan Katolik, yaitu monogami dan tak terceraikan. Dalam berbagai macam tantangan, baik tantangan yang ringan, sedang maupun berat, marilah kita bersandar pada Yesus, sehingga kita mampu mencapai tujuan perkawinan dan mampu menghadapi salib perkawinan yang kita pikul. Semoga demikian.
( inspirasi: Injil Matius 5 : 27--32, 12 Juni, Suhardi )
0 komentar:
Post a Comment