Sunday, November 27, 2022

Cahaya Lilin

 


Setiap kali pesta Natal tiba, Erwin, bocah berusia 4 tahun itu begitu senang ke gereja bersama dengan kedua orang tuanya. Suatu kebiasaan yang dilakukan oleh Erwin yang  tidak pernah terlewatkan adalah selalu mengumpulkan sisa-sisa lilin yang ada di sekitar kandang Natal. Tingkah ini selalu dilihat dan dipelajari oleh kedua orang tuanya. Ketika ditanya oleh Bapaknya tentang maksud dari pengumpulan lilin itu, Erwin dengan santai menjawab bahwa apa yang dilakukan hanya sekedar iseng.  Tetapi keisengan Erwin, suatu saat  pasti membuahkan hasil.

              Hasil pengumpulan lilin-lilin sisa Natal disimpan di kardus. Beberapa tahun kemudian, rumah Erwin terkena banjir. Mereka tidak mengungsi keluar tetapi tetap bertahan di lantai atas rumahnya. Ketika lantai bawah mulai tergenang air dan berupaya untuk berpindah ke lantai atas, barang-barang yang pertama kali  dibawa ke atas adalah lilin-lilin sisa yang ada di kardus. Memang, tingkah Erwin sedikit lain dengan menyelamatkan lilin-lilin sisa itu. Tetapi tindakan yang dilakukan selama ini pada akhirnya membuahkan hasil.

              Setelah rumah tergenang banjir dan pada saat bersamaan, listrik pun dimatikan. Suasana menjadi gelap gulita dan sepi. Yang terdengar adalah bunyi guyuran hujan disertai banjir. Di tengah kegelapan itu Erwin dan kedua orang tuanya teringat akan lilin-lilin sisa Natal yang masih tersimpan di kardus. Dua batang lilin dinyalakan untuk menghalau kegelapan yang sedang mendera wilayah perumaha Erwin dan orang tuanya.    

              Apa yang dilakukan oleh Erwin terkesan sederhana. Tindakan mengumpulkan sisa lilin Natal beberapa tahun lamanya dianggap sebagai hal biasa. Tetapi Erwin kini merasa bangga. Bocah yang belum fasih berbicara ini memperlihatkan sebuah tindakan antisipatif pada hari-hari yang tidak pernah diketahui, dan apa yang terjadi di waktu-waktu mendatang. Orang tua  Erwin tersenyum bahagia di tengah kepungan banjir yang melanda rumah mereka. Rumah-rumah tetangga bagai perkampungan mati karena tidak ada aliran listrik. Tetapi rumah Erwin membersitkan penggalan cahaya dari sisa-sisa lilin Natal. Lilin sisa yang dipungut dari kandang hina tetap memberikan secercah cahaya bagi mereka yang berani melihat kerdipan lilin di tengah kegelapan.

              Tuhan membuat segala sesuatu itu indah pada waktunya. Cahaya lilin yang terpantul dari kegelapan adalah bentuk kerinduan terdalam dari mereka yang ingin untuk tidak diliputi oleh  kegelapan malam. Erwin telah menghantar kedua orang tuanya untuk bisa memahami makna cahaya baru dari sisa-sisa lilin Natal. Seperti Yesus yang memilih kandang hewan untuk dilahirkan dan membawa pesan kesederhanaan, demikian juga Erwin telah memberi pesan kesederhanaan dari cahaya lilin-lilin sisa yang dipungut sekian tahun di seputar kandang Natal.***(Valery Kopong)

No comments: