Setiap kali pesta Natal tiba, Erwin, bocah berusia 4
tahun itu begitu senang ke gereja bersama dengan kedua orang tuanya. Suatu
kebiasaan yang dilakukan oleh Erwin yang
tidak pernah terlewatkan adalah selalu mengumpulkan sisa-sisa lilin yang
ada di sekitar kandang Natal. Tingkah ini selalu dilihat dan dipelajari oleh
kedua orang tuanya. Ketika ditanya oleh Bapaknya tentang maksud dari
pengumpulan lilin itu, Erwin dengan santai menjawab bahwa apa yang dilakukan hanya
sekedar iseng. Tetapi keisengan Erwin,
suatu saat pasti membuahkan hasil.
Hasil
pengumpulan lilin-lilin sisa Natal disimpan di kardus. Beberapa tahun kemudian,
rumah Erwin terkena banjir. Mereka tidak mengungsi keluar tetapi tetap bertahan
di lantai atas rumahnya. Ketika lantai bawah mulai tergenang air dan berupaya
untuk berpindah ke lantai atas, barang-barang yang pertama kali dibawa ke atas adalah lilin-lilin sisa yang
ada di kardus. Memang, tingkah Erwin sedikit lain dengan menyelamatkan lilin-lilin
sisa itu. Tetapi tindakan yang dilakukan selama ini pada akhirnya membuahkan
hasil.
Setelah
rumah tergenang banjir dan pada saat bersamaan, listrik pun dimatikan. Suasana
menjadi gelap gulita dan sepi. Yang terdengar adalah bunyi guyuran hujan disertai
banjir. Di tengah kegelapan itu Erwin dan kedua orang tuanya teringat akan
lilin-lilin sisa Natal yang masih tersimpan di kardus. Dua batang lilin
dinyalakan untuk menghalau kegelapan yang sedang mendera wilayah perumaha Erwin
dan orang tuanya.
Apa
yang dilakukan oleh Erwin terkesan sederhana. Tindakan mengumpulkan sisa lilin
Natal beberapa tahun lamanya dianggap sebagai hal biasa. Tetapi Erwin kini
merasa bangga. Bocah yang belum fasih berbicara ini memperlihatkan sebuah
tindakan antisipatif pada hari-hari yang tidak pernah diketahui, dan apa yang
terjadi di waktu-waktu mendatang. Orang tua
Erwin tersenyum bahagia di tengah kepungan banjir yang melanda rumah
mereka. Rumah-rumah tetangga bagai perkampungan mati karena tidak ada aliran
listrik. Tetapi rumah Erwin membersitkan penggalan cahaya dari sisa-sisa lilin
Natal. Lilin sisa yang dipungut dari kandang hina tetap memberikan secercah
cahaya bagi mereka yang berani melihat kerdipan lilin di tengah kegelapan.
Tuhan
membuat segala sesuatu itu indah pada waktunya. Cahaya lilin yang terpantul
dari kegelapan adalah bentuk kerinduan terdalam dari mereka yang ingin untuk
tidak diliputi oleh kegelapan malam.
Erwin telah menghantar kedua orang tuanya untuk bisa memahami makna cahaya baru
dari sisa-sisa lilin Natal. Seperti Yesus yang memilih kandang hewan untuk
dilahirkan dan membawa pesan kesederhanaan, demikian juga Erwin telah memberi
pesan kesederhanaan dari cahaya lilin-lilin sisa yang dipungut sekian tahun di
seputar kandang Natal.***(Valery
Kopong)
0 komentar:
Post a Comment