Tuesday, November 15, 2022

"Hidup Jadi Berkat"

 

Beberapa waktu lalu, tepatnya di hari pahlawan, seorang perempuan yang pernah mendonorkan ginjalnya ke salah seorang yang membutuhkan, meninggal dunia. Kepergiannya cukup mengagetkan dan mengundang perhatian publik. Setahun sebelumnya, Fransisca Ncis mendonorkan ginjalnya pada Budi, seorang yang gagal ginjal. Budi bukan keluarganya tetapi karena keprihatinan maka ia berani memberikan ginjalnya, organ tubuh yang sangat vital untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan. Apa yang dilakukan oleh Fransisca Ncis merupakan “tindakan heroik” untuk menyelamatkan orang lain. Ia menempatkan penderitaan orang lain (Budi) sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam hidupnya.


“Organ tubuhmu tak diperlukan di surga, tapi diperlukan di dunia.” Kata-kata yang keluar dari mulut seorang Fransisca Ncis ini menggambarkan sikap peduli pada sesama manusia  yang tengah berziarah di dunia ini. Bahwa segala hal yang fana, termasuk organ tubuh masih bermanfaat jika kita masih hidup di dunia ini sejauh diberikan pada orang yang tepat dan pada situasi yang tepat pula. Memang organ tubuh tidak diperlukan di surga karena ketika manusia mati, jazadnya melebur dan menyatu dengan tanah, ibu pertiwi.

 

Dalam refleksi iman, kita bisa melihat pengorbanan diri seorang Fransisca Ncis berkaca pada sikap imannya akan Kristus yang diimani. Kehadiran Yesus di dunia ini membawa suatu harapan baru bagi manusia yang telah ditebus dengan darah dan nyawa-Nya di atas kayu salib. Pengalaman salib bukanlah pengalaman buntu tetapi pengalaman salib membawa puncak keselamatan dunia. Sebagai pengikut Kristus, penderitaan yang dilalui oleh Yesus adalah jalan terjal untuk memulihkan dunia dan menyelamatkan manusia. Hanya melalui pengalaman salib dan Jumat Agung, kita boleh bergembira merayakan warta kebangkitan Kristus pada Minggu Paskah.

Hidup yang sedang kita jalani ini tentu membawa dua sisi yang berbeda. Terkadang kita mengalami pengalaman kegelapan (pengalaman Jumat Agung) dan terkadang kita boleh merayakan kegembiraan Paskah setelah melewati jalan terjal kehidupan ini. Kita menyadari bahwa pengalaman pahit dan manis telah dilalui oleh Fransisca Ncis. Mendonorkan  ginjalnya pada Budi merupakan sebuah tindakan mulia. Ia rela berbagi pada orang lain, walaupun yang dibagi itu adalah hal yang sangat vital dalam hidup.  Dalam sikap imannya, ia menyatukan pengorbanannya dengan kurban Kristus di salib untuk melihat jeritan seorang Budi yang gagal ginjal itu sebagai orang yang wajib ditolongnya.  “Budi, penerima ginjal dari Fransiska Ncis turut mengantar kepergian abadi almarhumah. Kasih sejati memberi tanpa syarat. Budi akan membawa kenangan bersama Fransiska yang akan hidup selamanya. Melihat Budi menggenggam erat tangan Fransiska untuk terakhir kalinya, rasa haru menyeruak. Budi seolah berbisik: Sebagian dari dirimu akan terus hidup bersamaku." Hidup ini sudah jadi berkat.***(Valery Kopong)

 

 

 

 

No comments: