Banyak
cara yang dilakukan untuk memperingati hari pahlawan yang jatuh tepat pada 10
November. Keluarga besar SD Insan Teratai mengisi hari pahlawan ini dengan
menampilkan tarian, musik angklung dan juga fashion show dari masing-masing
kelas. Setiap anak mengenakan pakaian yang memperlihatkan profesi tertentu. Ada
yang mengenakan pakaian, layaknya sebagai seorang dokter, polisi, tentara dan
beberapa profesi lain.
Memaknai hari pahlawan ini, masing-masing anak memahaminya dalam konteks kekinian. Jika pahlawan tempo dulu yang dilihat sebagai pejuang yang mengusir penjajah maka dalam konteks kekinian, anak-anak berusaha memahami pahlawan sebagai pejuang yang memberikan spirit untuk bekerja dan mengabdi pada negara. Profesi seorang dokter misalnya, berusaha sedapat mungkin dengan keilmuan yang ada, berjuang menangani pasien. Karena itu seorang dokter di mata seorang pasien, tentu dilihat sebagai pahlawan yang mampu mengatasi penderitaannya dan memulihkan kembali dari sakit yang diderita.
Sebagai seorang guru, tetap menjadi seorang pahlawan bagi anak-anak didik. Setiap waktu, seorang guru berjuang mendampingi anak-anak dalam proses pembelajaran. Seorang guru, berdiri pada garis depan untuk setia mendampingi anak-anak dalam menatap masa depan generasi muda. Di mata seorang murid, guru adalah pahlawan yang setia menemani mereka di saat mereka menapaki jalan panjang meraih cita-cita.
Keceriaan anak-anak memperlihatkan keceriaan masa depan. Menjadi seorang murid, menjadi seorang pembelajar yang terus menggali pengetahuan baru untuk membangun kualitas diri. Sekolah Insan Teratai yang berdiri tegak itu, memberikan harapan bagi mereka yang masih mengais masa depan melalui jalur pendidikan. Sejarah munculnya peringatan Hari Pahlawan ini mengacu pada peristiwa pertempuran pada 10 November 1945 di Surabaya. Memang moment ini kita mengenang kembali jasa para pahlawan di masa lalu dan sekaligus bagaimana kita menanamkan nilai-nilai kepahlawanan pada generasi muda saat ini.
Menjadi pahlawan dalam konteks saat ini, tidak berarti harus mengorbankan nyawa demi orang yang kita bela. Namun setiap orang bisa menjadi pahlawan untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Kita menjadi pejuang untuk memberantas kemiskinan, kemelaratan dan membangun masa depan yang lebih baik. Beranilah menjadi pahlawan untuk diri sendiri.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment