Kebaikan belum tentu dibalas dengan kebaikan. Itulah yang sering terjadi dalam realitas kehidupan kita. Kita telah berbuat baik, belum tentu dibalas dengan kebaikan, kadang malah dibalas dengan kebencian karena adanya sikap iri hati dari orang lain. Tapi, kita ngak perlu berhenti untuk menjadi orang baik hati dan murah hati, walau ada balasan yang ngak bagus. We never give up being a generous and kind man.
Bacaan Injil pada hari ini menegaskan hal itu. Allah yang murah hati dan adil, yang diumpamakan sebagai tuan kebun, mendapat protes dan sungut-sungut dari para tukang pekerja kebun. Mengapa para karyawan kebun protes dan bersungut-sungut ? Karena para karyawan kebun itu iri hati atas kemurahan hati dan kebaikan Sang tuan kebun. Mereka berpikir bagaimana mungkin terjadi orang yang kerja seharian penuh dan orang kerja satu jam digaji yang sama, yaitu satu dinar. " Ngak masuk akal ", menurut pendapat mereka. Tetapi Sang tuan kebun itu berkata, "Iri hatikah engkau, karena aku murah hati?"
Sikap iri hati telah menutup kebaikan, kemurahan hati, sikap adil dari orang lain.Sikap iri hati dapat menghancurkan kehidupan kita. Karena itulah kita hendaknya mampu menguasai sikap iri hati kita terhadap kelebihan orang lain: kemurahan hati, sikap adil, kebaikan, prestasi, jabatan dan lain-lain. Kita hendaknya belajar bersikap murah hati, baik hati dan bersikap adil dalam kehidupan kita.( inspirasi: Matius 20:1-16a, 19 Agustus, Suhardi)
0 komentar:
Post a Comment