Wednesday, August 26, 2020

Khotbah Sang Pastor

 

Ketika mengikuti perayaan Ekaristi, satu moment yang mendapat perhatian penuh dari saya adalah khotbah dari imam. Pada bagian liturgi sabda ini menjadi menarik karena dengan berkhotbah maka umat dan tentunya saya sendiri yang hadir ingin mendengar refleksi terdalam dari seorang imam saat berkhotbah di mimbar sabda. Dengan berkhotbah, saya secara pribadi terhantarkan untuk bisa memahami bacaan-bacaan kitab suci, baik perjanjian lama maupun perjanjian baru yang telah dilumat makna dalam kemasan khotbah. Pesan kitab suci menjadi menarik ketika imam yang berkhotbah membawakannya secara menarik dan membawa umat pada titik refleksi terdalam terhadap sabda Tuhan yang baru diperdengarkan itu.

Tentang khotbah yang menarik, saya teringat akan sosok seorang imam, Romo Paulus Paya, Pr pada belasan tahun yang lalu. Ketika menjadi pastor paroki di Gereja St.Theresia – Kiwangona – Adonara Timur, imam kelahiran Solor ini berapi-api dan berkhotbah penuh kharismatik memukau umat yang hadir. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sederhana tetapi daya pikatnya untuk menggiring umat menyelami kedalaman teks kitab suci dan pengalaman konkret menjadi menarik. Ia (alm. Romo Paulus Paya, Pr) biasanya berkhotbah dalam rentang waktu yang panjang, bisa melebihi satu jam. Tetapi herannya bahwa umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi itu tidak merasa bosan tapi malah merasa puas atas apa yang dikhotbahkan di atas mimbar.

Mimbar merupakan medan pewartaan yang menarik dan sekaligus memberikan penyiraman rohani karena umat yang hadir, sebelum mendapatkan santapan rohani dengan menerima tubuh Kristus, membuka hati bagi kehadiran sabda dalam hatinya. Khotbah yang dibawakan secara menarik merupakan satu daya tarik tersendiri karena melalui sabda, orang-orang mendengar sabda dan khotbah itu tersentuh hatinya. 

Pewartaan yang dilakukan oleh Yesus selama hidup-Nya di dunia menjadi pembelajaran yang menarik. Bahwa dengan mewartakan kerajaan Allah, kerajaan yang berpihak pada mereka yang miskin dan tersisihkan, sadar atau tidak, Yesus sedang menarik minat massa untuk mendengarkan ajaran-Nya. Pengajaran Yesus menjadi menarik ketika apa yang diajarkan kemudian ditegaskan kembali dalam tindakan nyata dalam melakukan mukjizat. Mukjizat yang dilakukan oleh Yesus bertujuan untuk menghadirkan kerajaan Allah yang sedang diwartakan-Nya. Kerajaan Allah bukanlah sesuatu yang jauh, seperti warta para nabi terdahulu tetapi kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus,  sudah dan sedang terjadi dalam diri-Nya. Dalam diri Yesus Kristus, merupakan bukti kehadiran kerajaan Allah di dunia, yakni kerajaan yang berpihak pada mereka yang miskin dan tertindas. Keberpihakkan Yesus tidak hanya terimplisit dalam kata-kata-Nya saja tetapi lebih dari itu, Yesus memperlihatkan pembelaan secara konkret terhadap mereka yang lemah karena melalui tindakan nyata itu, Yesus sedang mewujudkan nilai terpenting tentang kerajaan Allah, yakni kerajaan yang membebaskan.

Umat Kristiani saat ini, di satu sisi masih mendambakan khotbah yang menarik dari mimbar sabda tetapi jauh lebih menarik lagi ketika apa yang dikhotbahkan itu dilakoni juga oleh sang pengkhotbah sebagai wujud penegasan dari apa yang dikhotbahkan di atas mimbar sabda. Kata-kata dan keteladanan dari para pemimpin rohani menjadi panutan berharga untuk umat yang sedang berziarah di dunia ini.***(Valery Kopong)

 

No comments: