Gereja Gregorius Agung, Kota bumi-Tangerang, sedang gencar untuk memberikan katekese umat secara “live streaming” melalui channel youtube Komsos Gregorius Agung. Apa yang dilakukan oleh pihak paroki ini merupakan bentuk penawaran baru ketika dunia diterpa oleh virus corona di mana setiap orang diminta untuk tidak boleh mengikuti kegiatan secara massal terutama di lingkungan gereja. Karena itu satu-satunya cara untuk membangun iman umat melalui live streaming. Ada nilai positif yang harus dipelajari dari kegiatan live streaming, yakni katese umat bisa berjalan secara baik. Tetapi dibalik nilai positif ini, ada pertanyaan yang muncul di sini. Berapa orang umat paroki yang setia mendengarkan ulasan warisan iman? Persoalan bukan terletak pada tingkat animo umat yang mendengarkan tetapi banyak faktor, namun faktor utama adalah kuota internet.
Memang, di satu sisi kita melihat ada kegampangan untuk mendapatkan informasi tentang warisan iman secara live streaming tetapi pada sisi lain, banyak umat yang masih terbentur pada kuota pulsa yang menjadi modal utama dalam menggerakan kegiatan online. Di masa-masa sulit terutama ketika kita terkena dampak Covid 19, umat lebih menekankan kebutuhan hidup yang harus diutamakan. Bagaimana mungkin setiap umat setia menonton live streaming tetapi pada saat yang sama mereka membutuhkan sembako untuk menopang kehidupannya. Dua hal yang saling bertolak belakang, di satu sisi, Gereja menginginkan agar dalam kondisi apapun, iman umat tetap kuat dalam menghadapi situasi tetapi di lain pihak, keterpurukan hidup menjadi kendala untuk menerima warisan iman yang diwartakan oleh imam dan para katekis paroki secara live streaming.
Melihat kondisi riil yang terjadi ini memungkinkan kita untuk tidak menyerah pada situasi yang sedang didera oleh virus yang tak kelihatan ini. Memang, virus corona telah meluluhlantakan tatanan kehidupan manusia. Pola kerja yang tertata rapih selama ini pada akhirnya diobrak-abrik oleh corona bahkan para pekerja pabrik kehilangan pekerjaan karena dilarang untuk bekerja secara massal. Para agamawan pun merasa jauh dari umat karena selama pendemi Covid 19, umat tidak diperbolehkan untuk berkumpul mendengarkan siraman rohani. Apa yang terjadi ketika kegiatan keagamaan tidak diperbolehkan? Yang jelas, bahwa banyak agamawan yang selama ini mengandalkan hidup dari menebarkan ayat-ayat suci, terpaksa harus mengelus dada dan kalah dihadapan situasi yang terkena corona ini.
Hampir semua sektor mengarahkan diri untuk bekerja secara daring. Sekolah-sekolah melakukan kegiatan pembelajaran secara daring. Tetapi masih banyak problem yang dihadapi karena tidak semua siswa memiliki perangkat yang bisa memudahkan mereka untuk melakukan pembelajaran secara online. Dalam bidang keagamaan juga terjadi hal demikian. Gereja-gereja Katolik mulai memberikan pelayanan Ekaristi secara live streaming. Apa yang dilakukan ini merupakan cara untuk bisa menyapa dan menyegarkan iman umat.
Internet memberikan ruang bagi para pewarta iman untuk bagaimana menumbuhkan iman umat melampaui ruang dan waktu. Di tengah kesibukan umat, mereka lebih memilih untuk mendengarkan khotbah dan renungan melalui live streaming. Allah itu berbicara melampaui ruang dan waktu, karena dalam kondisi keterpurukan hidup akibat pandemi ini, Allah masih setia mendampingi umat-Nya melalui suara para gembala.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment