Tuesday, August 25, 2020

Sakit Gigi


Ketika menderita sakit gigi, saya mengalami kesakitan yang luar biasa. Karena sakitnya semakin hari semakin menjadi-jadi maka saya memutuskan untuk ke dokter. Setelah dokter memeriksa kondisinya, ia memutuskan agar salah satu gigi mesti dicabut. Yang membuat saya heran adalah dokter mengatakan bahwa salah satu gigi saya yang masih utuh dan berdampingan dengan gigi yang berlobang harus dicabut. Saya menjadi heran, mengapa dokter mengambil keputusan untuk mencabut gigi yang masih baik dan berusaha merawat yang berlobang? Dokter lalu memberikan penjelasan bahwa keberadaan gigi yang baik itu berposisi miring sehingga mengganggu gigi yang berlobang yang ada di sampingnya. Alasan sederhana ini diterima karena dokter lebih tahu tentang permasalahan yang sedang saya hadapi.

            Tindakan dokter ini menjadikan sebuah sumber informasi yang baik untuk merefleksikan tindakan Yesus yang tidak lain sebagai tabib. “Aku datang bukan untuk orang-orang benar melainkan untuk orang-orang sakit.” Apa yang dikatakan Yesus merupakan sebuah misi kemanusiaan sekaligus tindakan untuk merawat kembali mereka yang sakit karena penyakit maupun karena tekanan sosial. Yesus menempatkan diri sebagai pribadi  yang  menjanjikan peluang untuk membebaskan mereka yang tertindis karena beban dan penyakit. Dalam menata sebuah kehidupan sosial yang baik, Yesus  berhadapan dengan kelompok-kelompok yang terlalu kaku memberlakukan aturan yang bisa menimbulkan beban sosial bagi masyarakat. Kerajaan Allah yang diwartakan menjadi mulus untuk diterima oleh masyarakat, hal pertama yang dilakukan oleh Yesus adalah memangkas kelompok-kelompok yang mengganggu jalannya proses pewartaan itu sendiri.

            Orang-orang farisi dan ahli-ahli Taurat menjadi kelompok oposisi yang selalu berseberangan pandangan dengan Yesus terutama dalam manafsir Kitab Suci dan implementasinya dalam kehidupan bermasyarakat. Kelompok-kelompok ini selalu memanfaatkan ayat-ayat Kitab Suci dan memanipulasinya  demi kepentingan kelompoknya sendiri. Yesus gerah menghadapi ulah kelompok ini yang selalu menempatkan diri sebagai orang-orang saleh, namun tindakan mereka jauh dari tuntunan Kitab Suci.

            Orang-orang yang menamakan diri saleh, ternyata keberadaannya selalu mengganggu kehidupan umum. Yesus bertindak tegas untuk meruntuhkan pemahaman yang keliru tentang aturan-aturan yang dituruti secara kaku. Membangun kebaikan bersama perlu berseberangan dengan pandangan-pandangan yang datang dari orang-orang yang berpura-pura saleh. Seperti keberadaan gigi utuh yang selalu mengganggu dan perlu dicabut, untuk kemudian merawat yang berlobang. Demikian juga Yesus, ingin merawat  kehidupan kolektif dengan berani menentang orang-orang yang dianggap saleh.***         

 

 

 

No comments: